Sudan Selatan mengatakan bahwa hasil penyelidikannya terhadap kematian wartawan Christopher Allen pada tahun 2017 mendukung klaim pemerintah bahwa ia “terbunuh tanpa sengaja akibat baku tembak” sewaktu sedang meliput perang saudara berdarah di negara itu.
Wartawan lepas berusia 26 tahun berkewarganegaraan AS dan Inggris itu ditembak di bagian kepala dalam pertempuran antara pemberontak dan militer Sudan Selatan di Kaya, kota di bagian selatan, pada 26 Agustus 2017.
Setelah tekanan internasional bertahun-tahun dari AS dan Inggris serta dari berbagai kelompok kampanye media yang mendesak penyelidikan atas kematian Allen tersebut, pemerintah Sudan Selatan mengumumkan pada bulan Oktober lalu bahwa mereka akan melakukan penyelidikan.
Pemerintah telah berulang kali membantah mereka menarget Allen, yang mengikuti pemberontak dari Tentara Pembebasan Rakyat Sudan Dalam Oposisi (SPLA-IO) untuk meliput konflik yang meletus hanya dua tahun setelah negara itu menyatakan kemerdekaannya.
Hari Kamis (21/3). David Charles Ali Bilal, ketua komite investigasi, mengatakan kepada wartawan bahwa serangan itu berlangsung sekitar pukul 5.30 pagi dan sulit sekali melihat “siapa yang hitam dan siapa yang putih.”
“Christopher Allen tidak sengaja terbunuh sebagai akibat baku tembak,” katanya, membacakan laporan tersebut.
Allen telah “memasuki Sudan Selatan secara ilegal,” lanjutnya. Ia menambahkan bahwa Allen “tidak mengenakan pelindung apa pun atau baju bertanda pengenal pers.”
Perang tahun 2013-2018 antara pasukan yang setia kepada dua musuh bebuyutan, Presiden Salva Kiir dan Riek Machar yang sekarang ini menjabat sebagai wakilnya, menewaskan hampir 400 ribu orang.
Temuan investigasi itu menegaskan kembali klaim sebelumnya yang disampaikan pemerintah Sudan Selatan, di mana Menteri Informasi Michael Makuei mengatakan pada saat kematiannya bahwa “tewasnya Christopher Allen bukan targetnya.”
“Tetapi siapa pun yang berada di pihak tersebut biasanya menjadi target,” kata Makuei.
Ia sebelumnya menyebut Allen sebagai “pemberontak kulit putih” dan mengklaim bahwa korban berada di negara itu secara ilegal.
Wartawan Tanpa Tapal Batas (RSF) juga mendesak AS untuk memimpin penyelidikan atas kematiannya karena kegagalan Juba untuk menuntut pertanggungjawaban siapa pun.
“Informasi yang tersedia memperlihatkan bahwa kejahatan perang dilakukan dalam bentuk menargetkan Allen dengan sengaja dan perlakuan terhadap jasadnya setelah kematiannya,” kata RSF dalam sebuah pernyataan bulan Agustus. Termasuk juga, lanjut RSF, foto-foto yang memperlihatkan jasad Allen seperti sasaran yang sangat berharga.
Sudan Selatan berada di peringkat 118 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2023 RSF. Kelompok itu mengatakan sedikitnya sembilan wartawan telah tewas di negara terbaru di dunia itu sejak 2014. [uh/lt]
Forum