Kota Surabaya menjadi percontohan proyek pengembangan gas rumah tangga perkotaan, dengan membangun 24.000 jaringan untuk 16 Kelurahan serta kelompok masyarakat di Surabaya oleh Perusahaan Gas Negara.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan, dipilihnya Surabaya karena telah memiliki kesiapan di semua aspek yang diperlukan, untuk membangun jaringan gas rumah tangga perkotaan.
“Surabaya ini punya kesiapan kelembagaan, leadershipnya kuat, punya kesiapan sosial karena masyarakatnya sudah mendukung. Juga punya kesiapan lahan karena bagaimana bisa menjangkau wilayah secepat mungkin, serta kesiapan sosial, kalau masyarakat sudah siap akan lebih cepat,” kata Menteri ESDM Sudirman Said.
"Saya akan minta kepada PGN dan Pertamina untuk mempercepat ini, karena dulu itu kan satu kota disambung 4.000. Sekarang kita minta Surabaya dipercepat sehingga dalam waktu setahun kedepan ada 16 Kelurahan yang bisa kita jangkau, dan mudah-mudahan ini bisa menjadi contoh,” lanjutnya.
Pada kunjungannya di Kampung Lontong di Surabaya, Sudirman Said melihat kesiapan dan manfaat yang dirasakan masyarakat kampung yang semuanya bekerja sebagai pembuat lontong, atau makanan dari beras berbentuk padat.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini memastikan kesiapan Kota Surabaya sebagai proyek percontohan pengembangan jaringan gas rumah tangga perkotaan, karena secara manfaat telah dirasakan oleh masyarakat yang telah memanfaatkan aliran gas dari Perusahaan Gas Negara.
“Oh itu dia bisa (menekan) ongkos produksinya 50 persen sampai. Sekarang ini sudah ada beberapa kampung ya, ada nanti kampung kue ada kita juga bantu, karena PGN sduah mulai 4 tahun lalu kalau gak salah kita mulai. Tapi tahun ini dibantu oleh pak Menteri untuk percepatannya,” kata Tri Rismaharini.
Joko Prasektyo selaku Pembina Paguyuban Kampung Lontong mengapresiasi langkah cepat pemerintah dalam merealisasikan pengembangan jaringan pipa gas perkotaan. Keberadaan bahan bakar gas untuk usaha kecil sangat dibutuhkan secara berkelanjutan, tanpa kuatir adanya kelangkaan maupun fluktuasi harga seperti gas LPG yang selama ini digunakan.
“Kalau kita hanya mengandalkan tabung (LPG) ada persoalan nanti, kadang ada kelangkaan akan menyulitkan. Tapi kalau sudah pakai jaringan pipa seperti ini, pelaku industri kecil yang butuh akan gas itu pasti akan lebih merasa nyaman,” kata Joko Prasektyo.
Sudirman Said menambahkan, pemerintah mentargetkan penyambungan jaringan pipa gas rumah tangga perkotaan di 25 daerah di seluruh Indonesia dalam lima tahun, sebagai upaya mengalihkan penggunaan masyarakat dari LPG dan minyak tanah ke gas bumi yang disalurkan langsung ke rumah tangga masyarakat.
“Kalau dalam lima tahun ke depan itu, 25 kota yang paling dekat aksesnya dengan gas itu bisa diselesaikan akan sangat baik. Tapi saya kira itu tahapannya mesti ditata, dan tahun-tahun ini rencananya kita akan desain 25 kota itu, kemudian 25 kota akan diminta untuk berlomba menyiapkan empat tadi, kelembagaan, masalah sosial, lahan, sampai urusan-urusan sosialisasi,” kata Sudirman Said.