Setelah jatuhnya pangkalan udara utama pemerintah Suriah ke tangan kelompok militan ISIS, Menteri Luar Negeri Walid al-Moallem mendesak masyarakat internasional untuk bekerjasama dengan pemerintahannya dan menuntut agar negara-negara tetangga di sekitar menghentikan dukungan mereka kepada kelompok jihad itu.
Menteri Luar Negeri Suriah itu muncul untuk pertama kalinya sejak kembali bekerja setelah menjalani operasi jantung beberapa bulan lalu. Nada bicaranya lunak dan ia mengatakan kepada wartawan bahwa Suriah minta dukungan internasional untuk memerangi ISIS.
Walid al-Moallem mengatakan, pemerintahnya siap bekerjasama dan berkordinasi secara regional dan internasional dalam melawan teroris, jika kedaulatan dan kemerdekaan Suriah dihormati, karena pemerintah Suriah, katanya, mewakili kepentingan negara itu.
Moallem selanjutnya mengatakan, kelompok-kelompok militan ISIS dan Jabhat al-Nusrat lebih berbahaya daripada Taliban atau al-Qaida, yang telah diperangi AS dan NATO di Afghanistan sejak tahun 2001. Dia menyebutnya ironis bahwa AS telah berupaya melemahkan pemerintahan Suriah dan militernya, sementara mengklaim ingin melawan teroris.
Moallem berkeras bahwa pemerintahnya “tidak akan menerima serangan-serangan AS secara unilateral” terhadap militan ISIS di tanah Suriah, tetapi dia tidak sampai mengatakan bahwa pasukan Suriah akan menembak jatuh pesawat-pesawat terbang AS jika masuk ke wilayah udara Suriah. Dia menuduh Qatar dan Turki mendukung kelompok-kelompok militan itu.
Permintaan pemerintah Suriah akan kerjasama itu dikeluarkan setelah militan ISIS merebut sebuah pangkalan udara yang sudah lama dikepung dekat Raqqa, ibukota propinsi utara di Suriah. Video amatir menunjukkan para anggota militan itu berseru “Allahu Akbar” dan menembakkan senjata mereka ke udara merayakan kemenangan.
Kelompok itu memasang foto-foto mengerikan di Internet yang menunjukkan anggota-anggotanya memamerkan kepala-kepala tentara pemerintah yang dibunuh di ujung-ujung tombak di dalam kota. Laskar ISIS dilaporkan bergerak mendekati dua pangkalan udara utama pemerintah lainnya di luar Hama dan Deir ez Zor.
Hilal Khashan, dosen ilmu politik di perguruan tinggi American University di Beirut, mengatakan kepada VOA, dikuasainya pangkalan udara dekat Raqqa oleh militan ISIS dan keinginan tiba-tiba pihak Barat menghentikan ISIS yang kian meluas ini mungkin dapat membantu Suriah mengikis citranya sebagai negara yang dikucilkan.
Akan tetapi, Joshua Landis, ketua jurusan Kajian Timur Tengah, Universitas Oklahoma, mengutarakan, menurut pendapatnya hanya “ kecil kemungkinan Amerika akan menjalin persekutuan atau kerjasama resmi apapun” dengan pemerintahan Bashar al-Assad.