Bagi anak-anak usia sekolah, musim gugur merupakan tanda berakhirnya kesenangan musim panas dan awal tahun ajaran baru. Tetapi tahun 2020 tidak berjalan seperti biasanya dengan munculnya pandemi virus corona. Pandemi memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat di seluruh penjuru dunia. Pelajar yang tinggal di zona-zona konflik mengadapi tantangan yang jauh lebih besar dengan pembelajaran tatap muka dalam era Covid ini.
Bel sekolah berbunyi di ibu kota Suriah, Damaskus. Anak-anak di sini telah hidup dalam perang saudara hampir sepanjang hidup. Namun tahun ini, mereka menghadapi tantangan baru, berisiko tertular Covid-19.
"Kekhawatiran ini nyata. Kami semua merasa cemas, tetapi Kementerian Pendidikan telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi anak-anak kami. Saya berharap pedoman kesehatan yang kami berikan menjadi gaya hidup dan kebiasaan, termasuk menjaga jarak fisik, memakai masker, hindari saling meminjam barang, tidak meminum dari botol minum orang lain, dan menyapa dengan hanya melambai. Saya berharap setiap keluarga mengadopsi gaya hidup ini," kata Milad Shiha, kepala sekolah dasar di Damaskus.
Milad Shiha menambahkan, ketakutan akan Covid-19 mendorong pembuatan kurikulum baru yang mencakup menjaga jarak fisik dan menjaga kebersihan diri. Selain pecegahaan, sekolah mempunyai langkah lanjutan jika terjadi penularan.
"ika kami menduga bahwa lima persen siswa terikfesksi virus corona, kami akan menutup sekolah selama 15 hari, dan tentu saja sekolah akan disteril setiap hari, barulah siswa bisa kembali masuk sekolah," katanya.
Pengawas kesehatan sekolah, Zeina Mahmoud mengatakan para pejabat akan secara proaktif memantau kesehatan para pelajar.
"Kalau ada siswa yang tidak masuk, kami akan datangi. Kami akan menghubungi orang tua dan mencari tahu kenapa mereka tidak masuk, dan apakah siswa itu sakit?" katanya.
Kantor berita Suriah melaporkan hampir empat juta siswa baru-baru ini kembali ke sekolah. Sampai akhir Oktober, Suriah mencatat lebih dari 5.500 kasus virus corona yang telah dikonfirmasi, dengan hampir 300 di antaranya meninggal dunia. [ew/ka]