Presiden Suriah Assad mengatakan kepada parlemen pada hari Minggu (25/8) bahwa seharusnya tidak ada masalah dalam menyelesaikan berbagai persoalan dengan Turki.
Dalam pidatonya di hadapan Majelis Rakyat Suriah, Assad mengatakan Suriah tidak memiliki masalah dalam membahas topik pengungsi dan terorisme yang diangkat oleh pejabat Turki, serta masalah penarikan pasukan dari Suriah dan terorisme yang dikemukakan oleh para pejabat Suriah.
“Ketika kesepakatan mengenai topik-topik ini tercapai, pernyataan bersama harus dikeluarkan melalui pertemuan antara pejabat kedua belah pihak, pada tingkat yang akan ditentukan kemudian,” kata Assad.
Assad dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengisyaratkan bahwa mereka tertarik untuk memulihkan hubungan diplomatik yang telah terputus selama lebih dari satu dekade.
Pada pertemuan puncak NATO di Washington pada pertengahan Juli, Erdogan mengatakan bahwa ia berharap dapat mengatur pertemuan dengan Assad untuk pertama kalinya sejak kedua negara memutuskan hubungan pada tahun 2011, seiring dengan terjadinya protes massal antipemerintah dan tindakan keras yang brutal oleh pasukan keamanan di Suriah yang berubah menjadi perang saudara yang hingga kini masih berlangsung.
Kelompok-kelompok pemberontak Suriah yang didukung Turki berusaha menggulingkan Assad dan masih mempertahankan pasukan di wilayah barat laut yang dikuasai oposisi, yang merupakan titik lemah bagi Damaskus.
Namun Assad membantah laporan bahwa para pejabat Turki yakin pembicaraan antara keduanya tidak akan terjadi sampai Turki menarik diri.
"Pernyataan ini jauh dari kenyataan. Kami menangani masalah ini dengan cara yang sistematis dan realistis. Yang penting adalah kami memiliki tujuan yang jelas dan tahu bagaimana bergerak menuju pencapaian tujuan tersebut," katanya kepada anggota parlemen.
Dalam pidatonya, Assad juga menggambarkan “pejuang perlawanan” di Lebanon, Palestina, Irak, dan Yaman sebagai “sumber inspirasi yang kita ikuti di jalan pembebasan.” [ab/uh]
Forum