Hasil survei PPIM UIN Jakarta menunjukkan siswa masih kurang patuh terhadap protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19. Peneliti PPIM UIN Jakarta Narila Mutia Nasir mengatakan sekitar 21,1 persen responden belum konsisten menggunakan masker, abai mencuci tangan 41,2 persen, dan abai menghindari kerumunan 64,8 persen. Survei ini melibatkan 2.358 siswa yang telah lolos uji perhatian di 34 provinsi sejak 1 September hingga 7 Oktober 2021 dengan tingkat kesalahan kurang lebih 2,02 persen.
"Yang perlu kita jadikan perhatian juga adalah ternyata siswa beranggapan bahwa vaksinasi itu bertentangan dengan agama. Sebanyak 12,88 persen secara nasional berpendapat seperti itu," jelas Narila Mutia Nasir dalam konferensi pers daring, Rabu (5/1/2022).
Hasil survei juga menunjukkan sebanyak 39 persen siswa percaya bahwa pandemi COVID-19 adalah hukuman dari Tuhan. Selain itu, sekitar 48 persen responden percaya bahwa upaya manusia tidak banyak berarti karena segala sesuatu termasuk kesehatan sudah ditentukan Tuhan.
Sekitar 20 persen hingga 30 persen responden juga mempercayai hoaks atau teori konsipirasi terkait COVID-19. Semisal rumor bahwa rumah sakit sengaja menjadikan pasien sebagai pasien COVID-19 agar mendapat biaya dari pemerintah.
Karena itu, kata Narila, pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu meningkatkan kepatuhan siswa terhadap protokol kesehatan dan program vaksinasi untuk mengatasi COVID-19.
"Intervensi sosial pada siswa Indonesia bisa dilakukan oleh sekolah melalui kegiatan yang memberikan kesempatan bekerja sama dengan kelompok yang berbeda," tambahnya.
Narila menuturkan kampanye program pemerintah juga dapat melibatkan pemimpin agama dan keluarga yang masih dipercaya oleh siswa. Di samping itu, diperlukan strategi literasi digital pada siswa untuk memerangi hoaks.
Kepala Bagian Hukum dan Humas di Setdijen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Iqbal Djakaria mengatakan, temuan survei dapat menjadi masukan pemerintah dalam penanganan COVID-19. Ia menjelaskan masyarakat tidak boleh lengah di tengah situasi penanganan COVID-19 yang sudah membaik. Sebab, masih ada varian baru Omicron yang mengancam masyarakat.
"Tadi disampaikan masih banyak yang beraganggapan COVID-19 itu hukuman dari Tuhan. ini tentu bukan meningkatkan upaya pengendalian, tapi lebih kepada abai atau kurang peduli dengan pengendalian COVID-19," ujar Iqbal Djakaria.
Iqbal berharap dukungan dari masyarakat dalam penanganan COVID-19, termasuk dalam program vaksinasi yang menjadi tanggung jawab semua pihak. Hingga 5 Januari, total ada 167 juta warga yang telah divaksinasi dosis pertama dan 114 juta warga dengan dosis kedua. [sm/ab]