Dua bulan setelah penembakan mematikan di sekolah menengah umum di Parkland, Florida, mayoritas remaja Amerika dan orang tua mereka khawatir tentang keamanan di sekolah-sekolah, menurut sebuah survei baru.
Sebanyak 57 persen remaja yang disurvei oleh Pew Research Center mengatakan khawatir tentang kemungkinan terjadinya penembakan di sekolah mereka. Sebagian besar orang tua remaja mengemukakan kekhawatiran yang sama.
Survei menemukan satu dari empat remaja mengatakan mereka "sangat khawatir," sedangkan hampir 30 persen mengatakan mereka "agak khawatir." Hanya 13 persen responden yang tidak khawatir sama sekali.
Remaja bukan kulit putih menyatakan kekhawatiran " yang lebih tinggi" daripada rekan-rekan kulit putih mereka. Sekitar 64 persen remaja kulit hitam dan Hispanik mengatakan mereka setidaknya “agak khawatir”, dibandingkan dengan 51 persen remaja kulit putih.
Orang tua para remaja menyatakan tingkat keprihatinan yang sama dengan anak-anak mereka. Sebanyak 63 persen responden orang tua mengatakan mereka khawatir tentang kemungkinan penembakan yang mengakibatkan kematian di sekolah anak mereka.
Survei dilakukan pada Maret-April 2018 setelah penembakan 14 Februari di SMU Marjory Stoneman Douglas yang menewaskan 17 orang dan melukai puluhan orang.
Tragedi ini telah memicu salah satu gerakan anak muda terbesar melawan kekerasan senjata. Pada 24 Maret, para remaja, yang dipimpin oleh para penyintas tragedi Parkland, mengadakan demonstrasi besar-besaran di Washington dan sebagian besar kota di seluruh Amerika, dan banyak kota di seluruh dunia. Para penyelenggara memperkirakan 800 ribu orang menghadiri unjuk rasa “March For Our Lives” di Ibu Kota Amerika. [sp/ii]