Bagi banyak warga Amerika di pedesaan senjata adalah gaya hidup.
Austin Cosper, 17 tahun, siswa kelas 12 di SMU Walnut Grove High School mengatakan “ketika berusia sekitar usia 2 tahun, ayah membawa saya berburu untuk kali pertama."
Beck Glover, 16 tahun, siswa kelas 10 di SMU Newnan High School, mengatakan "Pengalaman saya dengan senjata api dimulai ketika saya berusia sekitar 4 atau 5 tahun dengan ayah dan kakek saya."
Unsur penting budaya, yang setiap kali terjadi penembakan massal, makin diamati dengan cermat.
Baca: Demo Siswa AS Anti Kekerasan Senjata Tiba di Kota Ketua DPR AS
Setelah penembakan di sekolah di Florida baru-baru ini menewaskan 17 orang, para siswalah yang memimpin perjuangan bagi Undang-Undang Pengawasan Senjata yang lebih ketat.
"Itu bukan cuma masalah kesehatan mental. Ia tidak akan membunuh siswa sebanyak itu dengan pisau!” kata Emma Gonzales, 18 tahun, seorang siswa kelas 12 SMU Marjorie Stoneman Douglas.
Tapi bagi remaja-remaja dari pedesaan Georgia ini, mereka mengatakan ini bukan masalah senjata, melainkan orang-orang yang menggunakannya.
"Senjata tidak jahat, oranglah yang jahat. Jika kita perhatikan semua penembak di sekolah ini punya penyakit mental,” kat Austin Cosper.
Dan mengenai aksi keluar dari sekolah atau walk out selama beberapa menit minggu lalu, mereka mengatakan sebaiknya tidak dilakukan pada jam pelajaran sekolah.
“Saya merasa aksi walkout ini memberikan gambaran keliru mengenai masalah penembakan massal dan citra senjata api,” kata Beck Glover.
Para remaja pedesaan Amerika ini mewakili blok suara yang kuat, dan mereka ingin pendapat mereka juga didengarkan. [my/ds]