NEW DELHI —
Selagi Aung San Suu Kyi bertemu para petinggi India di New Delhi untuk mencari dukungan mereka bagi demokrasi di Burma, ia menanggapi kecaman bahwa ia tidak berbicara lantang tentang kekerasan yang melibatkan warga Muslim Rohingya, kelompok minoritas di distrik Rakhine, Burma.
Puluhan orang tewas dalam bentrokan itu dan sekitar 110.000 orang kehilangan tempat tinggal sejak kekerasan pertama kali pecah bulan Juni.
Aung San suu Kyi hari Kamis mengatakan kepada saluran televisi India, kekerasan itu adalah “tragedi internasional besar.” Ia mengatakan tidak bersuara lantang atas nama warga Muslim Rohingya, karena ingin mendorong perdamaian antara warga Buddha dengan masyarakat Muslim.
“Tetapi jangan lupa, kekerasan itu dilakukan kedua pihak. Itulah sebabnya saya lebih suka tidak berpihak. Saya juga berupaya merukunkan kembali kedua komunitas itu. Saya tidak mungkin melakukannya apabila saya berpihak,” ujar Suu Kyi.
Burma menganggap warga Muslim Rohingya sebagai imigran gelap. Aung San Suu Kyi mengatakan penyeberangan lintas batas secara gelap dari Bangladesh harus dihentikan.
Di India, beberapa komentator membandingkan kebisuan Aung San Suu Kyi terkait warga Muslim Rohingya dengan keputusan India untuk tidak mendukung gerakan pro-demokrasi Suu Kyi dalam dekade 1990-an. Saat itu, pemerintah India dekat dengan para penguasa militer Burma, didorong oleh kebutuhan strategis India untuk mempertahankan hubungan bersahabat dengan negara tetangganya itu.
Tetapi, sekarang kedua pihak saling mengulurkan tangan. Pesan Aung San Suu Kyi di India terus terang. Dalam pidato hari Rabu ia mengatakan, Burma membutuhkan dukungan India dalam reformasi politik.
“Kami belum berhasil mencapai tujuan demokrasi. Kami masih berupaya dan berharap dalam tahap akhir tersulit ini rakyat India akan mendukung kami dan berjalan disamping kami selagi kami meniti jalan yang pernah mereka lalui puluhan tahun lalu,” ujarnya lagi.
Setelah pertemuan, Perdana Menteri India Manmohan Singh mengatakan kepada Suu Kyi, “kami berharap yang terbaik bagi rakyat Burma dalam perjuangan ke arah demokrasi.”
Sementara itu, Aung San Suu Kyi tidak menyembunyikan kekecewaannya atas sikap India pada masa lalu, tetapi mengatakan, ia yakin dengan kedekatan hubungan antara rakyat kedua negara.
Para pengamat politik mengatakan, walaupun India menyambut kembalinya Aung San Suu Kyi ke panggung politik Burma, India masih berusaha memelihara hubungan dengan kelompok pro-demokrasi dan hubungan dengan militer Burma.
Puluhan orang tewas dalam bentrokan itu dan sekitar 110.000 orang kehilangan tempat tinggal sejak kekerasan pertama kali pecah bulan Juni.
Aung San suu Kyi hari Kamis mengatakan kepada saluran televisi India, kekerasan itu adalah “tragedi internasional besar.” Ia mengatakan tidak bersuara lantang atas nama warga Muslim Rohingya, karena ingin mendorong perdamaian antara warga Buddha dengan masyarakat Muslim.
“Tetapi jangan lupa, kekerasan itu dilakukan kedua pihak. Itulah sebabnya saya lebih suka tidak berpihak. Saya juga berupaya merukunkan kembali kedua komunitas itu. Saya tidak mungkin melakukannya apabila saya berpihak,” ujar Suu Kyi.
Burma menganggap warga Muslim Rohingya sebagai imigran gelap. Aung San Suu Kyi mengatakan penyeberangan lintas batas secara gelap dari Bangladesh harus dihentikan.
Di India, beberapa komentator membandingkan kebisuan Aung San Suu Kyi terkait warga Muslim Rohingya dengan keputusan India untuk tidak mendukung gerakan pro-demokrasi Suu Kyi dalam dekade 1990-an. Saat itu, pemerintah India dekat dengan para penguasa militer Burma, didorong oleh kebutuhan strategis India untuk mempertahankan hubungan bersahabat dengan negara tetangganya itu.
Tetapi, sekarang kedua pihak saling mengulurkan tangan. Pesan Aung San Suu Kyi di India terus terang. Dalam pidato hari Rabu ia mengatakan, Burma membutuhkan dukungan India dalam reformasi politik.
“Kami belum berhasil mencapai tujuan demokrasi. Kami masih berupaya dan berharap dalam tahap akhir tersulit ini rakyat India akan mendukung kami dan berjalan disamping kami selagi kami meniti jalan yang pernah mereka lalui puluhan tahun lalu,” ujarnya lagi.
Setelah pertemuan, Perdana Menteri India Manmohan Singh mengatakan kepada Suu Kyi, “kami berharap yang terbaik bagi rakyat Burma dalam perjuangan ke arah demokrasi.”
Sementara itu, Aung San Suu Kyi tidak menyembunyikan kekecewaannya atas sikap India pada masa lalu, tetapi mengatakan, ia yakin dengan kedekatan hubungan antara rakyat kedua negara.
Para pengamat politik mengatakan, walaupun India menyambut kembalinya Aung San Suu Kyi ke panggung politik Burma, India masih berusaha memelihara hubungan dengan kelompok pro-demokrasi dan hubungan dengan militer Burma.