Para pejabat pemerintah Swedia, Senin (27/4) menyatakan mereka menyadari pandemi COVID-19 tidak akan berlalu dalam waktu dekat dan pendekatan mereka yang “lebih ringan” terhadap krisis ini dirancang untuk jangka panjang.
Tidak seperti negara-negara Skandinavia dan Eropa lainnya, Swedia tidak mewajibkan lockdown di negara itu, mengizinkan bisnis dan sekolah tetap buka, selama mereka mematuhi pedoman social distancing. Kebijakan mereka dikritik kalangan pejabat kesehatan di dalam dan luar Swedia.
Namun pada keterangan pers di Stockholm hari Senin (27/4), para pejabat menyatakan mereka menindak keras bar-bar dan restoran-restoran tertentu yang tidak memenuhi pedoman social distancing.
Deputi PM Isabella Lovin mengatakan kepada wartawan bahwa mereka selalu siap untuk mengambil langkah-langkah baru apabila perlu, dan apabila pakar kesehatan masyarakat menyatakan ada aktivitas yang membahayakan, mereka akan menutup aktivitas tersebut.
Swedia bersikukuh bahwa pendekatannya terhadap wabah virus itu adalah “mengambil tindakan yang tepat pada waktu yang tepat.” Mereka menggunakan tindakan sukarela berdasarkan pada rekomendasi, bukannya memberlakukan lockdown nasional.
Menteri Luar Negeri Swedia Anne Linde mengatakan kepada wartawan bahwa para pejabat negara itu meyakini metoda mereka tersebut bekerja lebih baik sewaktu pandemi berkepanjangan. Hingga Senin, Swedia melaporkan 18.926 kasus dan 2.274 kematian. [uh/ab]