Akses ke jaringan pita lebar di Amerika Serikat tidak bersifat universal, dengan adanya kesenjangan digital yang telah lama ada antara kawasan perkotaan dan pedesaan.
Namun di sebuah kota kecil yang hanya berjarak empat jam dari Washington, D.C. tidak ada layanan internet sama sekali.
Kota Green Bank, West Virgina, adalah lokasi teleksop radio terbesar di dunia yang dapat diarahkan secara penuh, jadi koneksi internet dan lainnya yang dapat menciptakan gelombang elektromagnetik, seperti oven microwave, dilarang.
Tampak sekali di Green Bank para pengunjung harus mencari arah dengan cara kuno: dengan membaca rambu-rambu jalan. Karena perangkat GPS tidak berfungsi begitu anda mendekati kota di West Virginia ini, dimana ada dua gereja, satu SD, satu perpustakaan, dan teleskop radio terbesar di dunia.
Sherry, yang mengelola toko terbesar di Green Bank, lahir di sana jadi ketiadaan akses internet adalah sesuatu yang normal baginya.
“Ya, kami memang beda. Banyak orang mengatakan kami hidup di jaman kuno, di masa silam. Namun untuk kami, itulah gaya hidup kami dan kami selalu hidup dengan cara yang demikian,” ujar Sherry.
Di dinding tokonya, sebuah benda dari masa silam … sebuah telepon yang terhubung ke colokan di dinding … satu-satunya cara untuk menghubungi seseorang di Green Bank.
Tidak ada kemudahan berupa perangkat nirkabel, seperti telepon pintar, yang dapat digunakan di sini.
Green Bank seperti terperangkap dalam waktu, suatu masa di tahun 1950-an, karena ada zona senyap seluas 33.000 kilometer persegi oleh karena keberadaan teleskop. Menara telepon selular terlarang di sini.
Namun tidak masalah bagi penduduknya karena ada beberapa telepon umum.
Semakin dekat anda ke teleskop, semakin ketat larangannya. Ada radius 16 kilometer di sekitar Observatorium Green Bank dimana benda-benda dengan pengendali radio, bahkan mainan, yang tidak boleh digunakan. Kepatuhan terhadap kondisi ini benar-benar ditegakkan.
Teknisi frekuensi radko, Jonah Bauserman, bertindak sebagai polisi “teknis” untuk observatorium itu. Apabila ia mencurigai ada sinyal yang tidak berizin, ia akan menghampiri rumah yang dicurigai dan memeriksa untuk alat-alat yang terlarang tersebut.
“Peralatan ini memungkinkan saya menangkap bahkan sinyal-sinyal terlemah yang dapat mempengaruhi operasi teleskop,” ujar Bauserman.
Para karyawan teleskop tersebut bahkan bekerja di ruangan khusus – mirip sebuah sarkofagus – yang menangkal gelombang elektromagnetik agar tidak bocor ke luar ruangan.
“Di sini bayangkan sebuah kapal selam, air tidak boleh merembes masuk, jadi ruangan ini adalah kapal selam listrik. Tidak boleh ada gelombang elektromagnetik yang masuk ke dalam ruangan ini, sama seperti anda juga tidak boleh melampaui batasnya,” ujar Michael Holstine, seorang karyawan observatorium.
Pekerjaan dari para ilmuwan ini adalah untuk meminimalisir dampak dari gangguan dari luar terhadap teleskop radio ini.
Hanya seminggu sekali, ketika mereka secara reguler menjadwalkan perawatan, beberapa peralatan yang terlarang boleh berada dekat teleskop, ujar Holstein.
Dengan ukuran seluas lapangan sepakbola, teleskop ini sangat sensitif, sehingga dapat menangkap sinyal-sinyal yang terpancar dari sebuah dunia asing. Dan para ilmuwan menunggu-nunggu hal ini untuk terjadi.
“Semua sinyal yang kami terima saat ini dengan bantuan teleskop adalah sinyal-sinyal dari benda-benda kosmik – bintang, galaksi. Kami belum menerima apa-apa dari kebudayaan maju,” ujar ilmuwan Richard Lynch.
Penduduk setempat menghormati pekerjaan para ilmuwan. Dan mereka lebih dari sekedar gembira untuk menjalani kehidupan tanpa sinyal Wi-Fi.
“Ketika kami ingin bertemu dengan teman-teman, kami hanya menghubungi satu sama lain lewat telepon kabel. Dan ketimbang duduk-duduk di depan layar komputer, kami berbincang-bincang, pergi mancing, dan pergi ke gunung,” ujar Sherry, warga setempat.
Untuk kabar terbaru, warga membaca surat kabar mingguan lokal. Ketika ia mencari nomor telepon, Sherry mencarinya di buku telepon.
Dan ketimbang lewat Facebook, Sherry menikmati percakapan harian dengan para pelanggannya. Di kota ini, semua orang saling mengenal satu sama lain dan komunikasi dilakukan dengan bertatap muka. [ww]