Pasukan Taliban telah melakukan lebih dari 100 eksekusi singkat dan penghilangan paksa di empat provinsi Afghanistan. Ini merupakan serangkaian serangan pembalasan sejak kelompok militan itu merebut kekuasaan pada Agustus lalu setelah penarikan mundur pasukan Barat, kata Human Rights Watch.
Serangan itu didokumentasikan di provinsi Ghazni, Helmand, Kandahar dan Kunduz antara Agustus dan akhir Oktober. Tetapi banyak yang meyakini bahwa insiden semacam itu telah terjadi di seluruh penjuru Afghanistan.
“Mereka menargetkan orang-orang yang pernah mereka perangi. Dan banyak kasus yang kami investigasi adalah orang yang benar-benar berjuang di garis depan, orang-orang yang dikenal oleh Taliban di daerah-daerah tertentu,” kata penulis laporan itu, Patricia Gossman, dalam wawancara dengan VOA.
Ia mengatakan serangan-serangan itu terjadi meskipun Taliban berjanji tidak akan melakukan pembalasan dendam.
“Mereka menawarkan amnesti; mereka telah mengklaim ini dari para pejabat senior mereka di Kabul. Tetapi apa yang kami lihat di lapangan ternyata ini tidak berlaku, setidaknya bagi sebagian orang. Mereka sengaja memburu orang-orang berdasarkan hubungan pribadi dan permusuhan atau karena peran yang mereka mainkan,” kata Gossman.
Para peneliti mengumpulkan bukti dari 67 wawancara langsung dan melalui telepon dengan para saksi mata, kerabat, para mantan pejabat pemerintah dan pejabat Taliban.
Laporan itu menyatakan bahwa Taliban menggunakan catatan kepegawaian yang ditinggalkan oleh pemerintah sebelumnya untuk mengidentifikasi orang-orang yang akan ditangkap dan dieksekusi.
“Apa yang awalnya mungkin semacam pembunuhan balas dendam yang terburu-buru pada pekan-pekan pertama, kini tampaknya jauh lebih disengaja. Ini menyebar ke provinsi-provinsi lain dan tampaknya menjadi bagian dari strategi untuk memastikan bahwa tidak ada oposisi yang menggalang kekuatan untuk melawan mereka,” kata Gossman kepada VOA.
Human Rights Watch mencatat bahwa pemimpin Taliban mengarahkan para anggota unit-unit Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANSF) yang menyerahkan diri untuk mendaftarkan diri guna mendapatkan surat yang menjamin keselamatan mereka. “Namun, Taliban telah menggunakan skrining ini untuk menahan dan melakukan eksekusi singkat atau penghilangan paksa individu-individu dalam beberapa hari setelah mereka mendaftarkan diri, meninggalkan mayat mereka yang kemudian ditemukan oleh kerabat atau komunitas mereka,” kata laporan itu. [uh/ab]