Tautan-tautan Akses

Taliban Klaim Reformasi Media ketika Wartawan Kecam Penyensoran


Jurnalis Afghanistan Nematullah Naqdi (kiri) tampak merasa kesakitan ketika dibantu oleh rekannya untuk mengenakan baju setelah ia dilepaskan Taliban dari tahanan pada 8 September 2021. Taliban menangkap Naqdi dan rekannya saat mereka meliput sebuah protes di Kabul. (Foto: AFP)
Jurnalis Afghanistan Nematullah Naqdi (kiri) tampak merasa kesakitan ketika dibantu oleh rekannya untuk mengenakan baju setelah ia dilepaskan Taliban dari tahanan pada 8 September 2021. Taliban menangkap Naqdi dan rekannya saat mereka meliput sebuah protes di Kabul. (Foto: AFP)

Para pemimpin Taliban menggembar-gemborkan keberhasilan atas apa yang mereka sebut sebagai reformasi media, dengan melarang saluran televisi pemerintah dan swasta menayangkan program-program yang dinilai tidak senonoh – seperti film-film asing dan lagu-lagu yang dilantunkan penyanyi perempuan – atau konten-konten yang kritis terhadap Islam maupun Taliban sendiri.

“Sembilan puluh lima persen kanal media visual maupun audio di negara ini telah direformasi,” kata Hayatullah Mohajir Farahi, wakil menteri informasi dan budaya di kabinet sementara Taliban, dalam konferensi pers di Kabul pada Selasa (6/9).

Untuk menerapkan aturan itu, kepemimpinan Taliban telah mendirikan kantor pemantauan media yang menyaring setiap program siaran agar mematuhi preferensi Islam dan politik yang ketat.

Pada praktiknya, kata pengamat, reformasi yang dimaksud Taliban adalah penyensoran ekstensif terhadap media Afghanistan yang semakin lemah. Salah satu batasan yang diberlakukan adalah perintah mengenakan penutup wajah dan kerudung bagi penyiar perempuan saat membawakan program televisi.

Selama setahun terakhir, sedikitnya 245 kasus penyensoran, penahanan dan kekerasan terhadap personel media telah dilaporkan, menurut Pusat Jurnalis Afghanistan (AFCJ), salah satu kelompok pendukung media yang tersisa di sana.

Taliban mengklaim tidak ada jurnalis yang tewas di negara itu semenjak kelompok tersebut kembali berkuasa pada Agustus 2021. Setidaknya 10 wartawan tewas di Afghanistan pada tahun 2020 dan 2021, menurut data yang dihimpun oleh lembaga Committee to Protect Journalists, di mana Taliban bertanggung jawab atas sebagian kematian tersebut.

“Sungguh kabar yang baik bahwa tidak ada wartawan yang dibunuh setahun terakhir, namun kita juga harus tahu bahwa lebih dari 130 wartawan dan personel media ditahan dan sebagiannya disiksa Taliban pada saat yang sama,” kata perwakilan AFCJ yang meminta identitasnya disembunyikan karena takut akan tindakan pembalasan.

Setidaknya ada tiga wartawan, beberapa blogger video dan seorang sineas asal Amerika Serikat dan produsernya yang kini sedang ditahan Taliban. [rd/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG