Tingginya harga cabai rawit di pasaran menjadi keluhan banyak warga. Oleh karena itu, pemerintah akan melakukan intervensi untuk menekan tingginya harga cabai dengan operasi pasar, serta pembagian benih cabai yang harus ditanam oleh setiap keluarga di pekarangan masing-masing.
Harga cabai rawit di pasaran yang berkisar antara Rp 75 ribu dan Rp 120 ribu per kilogram, menjadi beban ekonomi tambahan bagi banyak keluarga, maupun pelaku bisnis makanan di Indonesia. Kondisi ini disiasati oleh seorang ibu rumah tangga sekaligus pengusaha wanita asal Mojokerto, Marta Anugrahani, dengan menanam cabai dan sayuran di pekarangan rumahnya. Meski lahan terbatas, hal itu tidak mengurangi semangat Marta untuk mengusahakan sendiri pemenuhan kebutuhan bumbu masak itu.
“Dengan mahalnya harga cabai sekarang, itu merupakan peluang bagi ibu-ibu PKK untuk menanam cabai biar lebih menekan biaya ekonomi. Jadi untuk penanaman terong, cabai, kubis, itu kan nantinya bisa untuk dimasak sendiri oleh ibu-ibu," ujar Marta.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga melakukan intervensi untuk menstabilkan harga cabai dengan melakukan operasi pasar di daerah-daerah yang harga cabainya masih tinggi. Menurut Gubernur Jawa Timur Soekarwo, kenaikan harga cabai selain dipengaruhi oleh kurangnya pasokan, juga disebabkan oleh faktor cuaca serta serangan hama di beberapa tempat.
“Cabai rawitnya surplus, cabai merahnya yang kurang karena ada hama jamu. Kan (harga) ditentukan di luar. Kalau di luar naik kan harganya terbawa naik. Kalau produk nasionalnya naik baru kemudian harganya stabil," kata Soekarwo.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian menyiapkan 10 juta bibit tanaman cabai dalam satu tahun, untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, ketika menyerahkan bibit cabai di Surabaya, Kamis (26/1) mengatakan, bibit tanaman cabai akan terus dibagikan kepada setiap rumah tangga, supaya produksi cabai terpenuhi bahkan dapat diekspor ke luar negeri.
“Dari Kementerian Pertanian kami siapkan benih. Ini sudah menjadi kebijakan, menyiapkan benih untuk seluruh rumah tangga di seluruh Indonesia secara gratis. Kita akan gerakkan terus, terus menerus berproduksi, semua BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian), 44 BPTP di seluruh Indonesia, kami wajibkan sampai tahun ini target 10 juta bibit, tahun ini. Itu minimal bukan maksimal," katanya.
Persoalan ketahanan pangan kata Direktur Wahid Foundation, Yenny Zannuba Wahid, merupakan kunci ketahanan sebuah negara. Kesiapan negara untuk mencukupi kebutuhan bahan pangannya sendiri sangat penting, sehingga negara tidak harus tergantung pada impor atau negara lain.
“Memang sangat penting ditingkatkan ketahanan kita sebagai bangsa, salah satu instrumennya melalui ketahanan pangan, sehingga kita tidak terlalu takut. Salah satu perebutan dari resources atau sumber daya adalah mengenai sumber daya pangan. Kalau rakyat Indonesia dari sekarang sudah mulai menanam apa yang bisa ditanam, maka ke depan kita akan jauh lebih kuat sebagai bangsa," ujarnya.
Wahid Foundation yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian akan melakukan peningkatan ketahanan pangan, melalui penyediaan lahan untuk ditanami tanaman pangan.
Yenny mengatakan, melalui pendekatan pertanian ini pula, pihaknya akan memberdayakan mantan narapidana terorisme, agar menekuni usaha pertanian dengan modal yang telah dipersiapkan. Kebutuhan ekonomi yang tercukupi, menurutnya, akan membuat mantan narapidana terorisme tidak kembali lagi ke aktivitas yang melanggar hukum.
“Menggunakan pendekatan pertanian dalam melakukan program deradikalisasi. Jadi ada eks napi teroris yang akan dirangkul untuk bisa berdaya secara ekonomi. Kita harapkan ketika mereka mampu berdaya, mereka kemudian tidak kembali lagi ke jalan yang sesat," ujarnya.