Pemimpin baru Kamboja, Hun Manet, pada Kamis (24/8) berjanji untuk menjadikan kerajaan miskin itu “negara berpendapatan tinggi” pada 2050 sambil meningkatkan ketahanan pangan dan akses terhadap layanan kesehatan. Namun ia hanya mengungkap sedikit rencana konkret untuk mencapai tujuan ambisius tersebut.
Parlemen mendukung Hun Manet, putra tertua penguasa lama Hun Sen, sebagai perdana menteri baru, Selasa, yang memastikan penyerahan kekuasaan dalam satu keluarga setelah pemilu yang nyaris tanpa saingan berarti pada bulan lalu.
Partai Rakyat Kamboja (CPP) yang dipimpin Hun Sen memenangkan semua kecuali lima dari 125 kursi majelis rendah pada pemilu yang digelar pada Juli, yang secara luas dianggap palsu setelah partai oposisi utama dilarang mencalonkan diri.
Dalam rapat kabinet pertamanya pada Kamis (24/8), Hun Manet menjanjikan reformasi ekonomi luas yang bertujuan menjadikan Kamboja sebagai “negara berpenghasilan tinggi” pada 2050.
“Dua puluh lima tahun ke depan akan menjadi siklus baru bagi Kamboja,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
Bank Dunia mendefinisikan negara berpendapatan tinggi adalah negara dengan pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita sebesar $13.846 atau lebih. Menurut data bank tersebut, PNB per kapita Kamboja adalah $1.700 pada tahun lalu.
Hun Manet mengatakan strategi baru tersebut mencakup peningkatan layanan kesehatan dan pendidikan, serta mengatasi perubahan iklim.
Strategi ini juga menjabarkan tujuan “pertumbuhan ekonomi yang tahan krisis rata-rata sekitar tujuh persen per tahun”, serta mengurangi tingkat kemiskinan.
Ketahanan pangan juga menjadi prioritas, dengan tujuan agar “tidak ada warga negara Kamboja yang tertinggal.”
Hun Manet hanya menunjukkan sedikit tanda bahwa ia akan mengikuti jalur yang lebih liberal dibandingkan dengan ayahnya.
Pemerintahan baru memasukkan sejumlah kerabatnya dan beberapa anak sekutu Hun Sen pada jabatan-jabatan penting.
Putra bungsu Hun Sen, Hun Many, akan menjadi menteri layanan sipil dan keponakannya Neth Savoeun akan menjadi wakil perdana menteri.
Putra-putra menteri dalam negeri dan pertahanan saat ini mengambil alih jabatan ayah mereka.
Setelah berkuasa pada 1985, Hun Sen membantu memodernisasi negara yang hancur akibat perang saudara dan genosida, namun para kritikus mengatakan pemerintahannya juga diwarnai dengan kerusakan lingkungan, korupsi yang mengakar, dan tersingkirnya hampir semua saingan politik. [ab/uh]
Forum