WASHINGTON DC —
Menciptakan lapangan kerja dan mendorong ekonomi masih menjadi target-target utama di dalam negeri pada masa jabatan keduanya. Tetapi ia tampaknya tidak memperoleh dukungan dari Partai Republik yang beroposisi.
Namun dalam satu isu utama – yaitu menaikkan plafon utang nasional – Presiden Obama bersikap tegas.
“Kita sudah memperoleh keputusan yang bisa menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Saya senang bisa mendiskusikan hal ini, tetapi apa yang tidak akan saya lakukan adalah melakukan perundingan yang mengancam rakyat Amerika,” ujar Obama.
Pembantaian 26 orang di Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut bulan Desember lalu mendorong Presiden Obama memasukkan peraturan pengawasan senjata api dalam agenda masa jabatan keduanya.
Keputusan itu diserang oleh Organisasi Penggemar Senjata Api NRA lewat sebuah iklan internet.
Presiden Obama juga bersikap tegas dalam reformasi imigrasi, satu target yang belum terselesaikan dalam masa jabatan pertamanya. Reformasi ini membutuhkan kerjasama dalam Kongres.
“Kita perlu menggunakan momentum ini dan harapan saya, kita bisa memperkenalkan RUU ini dan memulai proses tersebut di Kongres segera setelah pelantikan saya,” kata Obama.
John Hudak dari Brookings Institution memperkirakan Presiden Obama akan mengupayakan apapun yang bisa dilakukannya.
“Saya kira Presiden Obama ingin agar ada tokoh dari Partai Demokrat yang melanjutkan kepemimpinannya, dan cara terbaik bagi Partai Demokrat untuk memenangkan Gedung Putih tahun 2016 adalah membuat satu kebijakan yang mencolok, yang bisa diselesaikan,” papar Hudak.
Terkait kebijakan di luar negeri, Presiden Obama mencermati penarikan mundur pasukan Amerika dari Afghanistan pada tahun 2014.
Program nuklir Iran dan potensi tindakan militer Israel atas Iran mungkin membutuhkan keputusan penting, seperti penyelesaikan konflik di Suriah.
Beberapa analis memperkirakan Presiden Obama akan hati-hati menempatkan aset-aset militer Amerika, dan dengan kerjasama mitra-mitra internasionalnya.
Mantan diplomat Amerika dari Center for Strategic and International Studies, Karl Inderfurth mengatakan, “Dalam empat tahun ke depan mungkin akan ada masa dimana tentara Amerika perlu ditempatkan di suatu tempat yang tidak kita perkirakan sekarang, tetapi ini harus memenuhi syarat yang tegas soal bagaimana dampaknya pada kepentingan-kepentingan nasional Amerika dan siapa yang bersama kita saat itu?”.
Beberapa analis mengatakan kepercayaan atas kebijakan luar negeri Presiden Obama bisa membantunya mengatasi hubungan penting dengan mitra-mitranya di luar negeri – termasuk presiden baru Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Namun dalam satu isu utama – yaitu menaikkan plafon utang nasional – Presiden Obama bersikap tegas.
“Kita sudah memperoleh keputusan yang bisa menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Saya senang bisa mendiskusikan hal ini, tetapi apa yang tidak akan saya lakukan adalah melakukan perundingan yang mengancam rakyat Amerika,” ujar Obama.
Pembantaian 26 orang di Sekolah Dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut bulan Desember lalu mendorong Presiden Obama memasukkan peraturan pengawasan senjata api dalam agenda masa jabatan keduanya.
Keputusan itu diserang oleh Organisasi Penggemar Senjata Api NRA lewat sebuah iklan internet.
Presiden Obama juga bersikap tegas dalam reformasi imigrasi, satu target yang belum terselesaikan dalam masa jabatan pertamanya. Reformasi ini membutuhkan kerjasama dalam Kongres.
“Kita perlu menggunakan momentum ini dan harapan saya, kita bisa memperkenalkan RUU ini dan memulai proses tersebut di Kongres segera setelah pelantikan saya,” kata Obama.
John Hudak dari Brookings Institution memperkirakan Presiden Obama akan mengupayakan apapun yang bisa dilakukannya.
“Saya kira Presiden Obama ingin agar ada tokoh dari Partai Demokrat yang melanjutkan kepemimpinannya, dan cara terbaik bagi Partai Demokrat untuk memenangkan Gedung Putih tahun 2016 adalah membuat satu kebijakan yang mencolok, yang bisa diselesaikan,” papar Hudak.
Terkait kebijakan di luar negeri, Presiden Obama mencermati penarikan mundur pasukan Amerika dari Afghanistan pada tahun 2014.
Program nuklir Iran dan potensi tindakan militer Israel atas Iran mungkin membutuhkan keputusan penting, seperti penyelesaikan konflik di Suriah.
Beberapa analis memperkirakan Presiden Obama akan hati-hati menempatkan aset-aset militer Amerika, dan dengan kerjasama mitra-mitra internasionalnya.
Mantan diplomat Amerika dari Center for Strategic and International Studies, Karl Inderfurth mengatakan, “Dalam empat tahun ke depan mungkin akan ada masa dimana tentara Amerika perlu ditempatkan di suatu tempat yang tidak kita perkirakan sekarang, tetapi ini harus memenuhi syarat yang tegas soal bagaimana dampaknya pada kepentingan-kepentingan nasional Amerika dan siapa yang bersama kita saat itu?”.
Beberapa analis mengatakan kepercayaan atas kebijakan luar negeri Presiden Obama bisa membantunya mengatasi hubungan penting dengan mitra-mitranya di luar negeri – termasuk presiden baru Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin.