Terletak di kawasan Green Park, New Delhi, Masjid Green Park boleh jadi merupakan salah satu masjid yang sangat populer di ibu kota. Sebelum pandemi, masjid itu sering dikunjungi umat Islam yang ingin melaksanakan salat lima waktu atau berbagai kegiatan Muslim lainnya. Namun, sejak pandemi COVID-19 melanda, masjid itu seperti ditinggalkan.
Bukan karena, umat Islam enggan datang ke sana, melainkan karena kebijakan pemerintah terkait wabah. Jumlah pengunjung masjid dibatasi agar protokol kesehatan terkait COVID-19, termasuk sosial distancing, bisa diterapkan semestinya. Apalagi India, secara umum, kini bersiap menghadapi gelombang ketiga pandemi , sementara gelombang kedua belum juga berakhir.
Namun, kini ada sebuah kegiatan baru di sana. Masjid itu kini menjadi salah satu rumah ibadah yang menawarkan diri menjadi tempat karantina. Daya tampungnya memang tidak besar, yakni hanya 10 rang, mengingat kecilnya ukuran masjid itu. Namun, masjid itu siap menampung siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang agama, kasta dan status sosial-ekonomi.
Mohammad Salim adalah salah satu pengurus Masjid Green Park. Ia mengatakan, apa yang dilakukan masjid itu merupakan bukti tanggung jawab sosial yang bersedia diembannya.
“Kami membuka pusat isolasi COVID-19 ini dengan tujuan meringankan beban pemerintah. Kami menyediakan obat-obatan, tapi kami tidak memiliki pasokan tabung oksigen. Kami sedang mengusahakannya meski sulit,” kata Salim.
Menurut Salim, mereka yang menjalani karantina di masjidnya mendapatkan masker, peralatan sanitasi, dan obat-obatan, selain makanan tiga kali sehari. Di masjid itu hanya tersedia 10 tempat tidur sederhana sehingga hanya bisa menampung 10 orang. Semua itu tersedia berkat sumbangan dana para dermawan Muslim dan bantuan pemerintah New Delhi.
Sebetulnya tidak hanya Masjid Green Park yang menggelar usaha itu. Beberapa masjid lain, kuil Hindu dan gurdwara atau tempat ibadah orang-orang Sikh, menggelar program serupa dan bahkan beralih fungsi seperti rumah sakit, tidak hanya di New Delhi tapi juga di berbagai kota besar di India.
Masjid Bendhi Bazar di Mumbai bahkan memiliki satuan tugas yang setiap harinya mengisi tabung-tabung oksigen dan mengirimkannya ke mereka yang membutuhkan.
Baahir Aaman, seorang sukarelawan, di masjid itu mengatakan, “Satuan tugas kami terdiri dari 25 hingga 30 orang. Kami bekerja secara bergiliran selama 24 jam sehari tanpa henti. Kami memulai usaha ini tahun lalu. Ada 350 hingga 400 pasien kami bantu setiap harinya.”
Kuil Pawandham di India, sebuah fasilitas ibadah umat Hindu yang tergolong mewah di Mumbai, dilengkapi bank oksigen. Kuil itu bisa menampung ratusan orang dan kini dilengkapi banyak peralatan medis untuk pertolongan darurat. Hanya saja, kuil itu mewajibkan pasien membayar biaya perawatan.
Dhruv Vaktania, sukarelawan di kuil itu, menilai pentingnya fasilitas karantina yang dilengkapi bank oksigen.
“Dalam masa kritis seperti ini, banyak pasien kesulitan mendapatkan tempat di rumah sakit. Kami menawarkan layanan ini. Kami di sini juga memiliki suplai oksigen dan obat-obatan, yang teramat sangat dibutuhkan saat ini. Kami menawarkan layanan ini dengan harga terjangkau.”
Gurdwara Rakab Ganj Sahib di New Delhi juga turun tangan mengatasi pandemi. Komunitas Sikh di sana yang umumnya kaya raya, menyediakan 400 tempat tidur yang dilengkapi dengan ventilator.
Manjinder Singh Sirsa, ketua gurdwara itu, mengatakan, kegiatan selama masa pandemi ini merupakan usaha amal komunitas mereka yang berkelanjutan. Sebelum pandemi, gurdwara itu memiliki dapur umun yang menyediakan makanan bagi siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang agama, kasta dan status sosial-ekonomi. [ab/uh]