PBB hari Kamis mengatakan 43 pasukan penjaga perdamaiannya ditangkap kelompok bersenjata di dataran tinggi Golan, kawasan perbatasan Suriah dan Israel. Selain itu, 81 orang anggota pasukan PBB lainnya juga terperangkap di dekat pos perbatasan itu.
Kelompok Militan Islamis al-Nusra hari Rabu (27/8) menyerbu pos itu, tapi belum jelas siapa yang menahan puluhan personil PBB tadi.
Dalam sebuah pernyataan, PBB mengatakan sedang mengambil semua langkah untuk menjamin pembebasan pasukan penjaga perdamaian itu dan membebaskan personil lainnya.
Pertempuran sengit di Suriah antara kelompok pemberontak, ekstrimis Islam dan pasukan pemerintah beberapa kali terjadi di perbatasan, di mana peluru-peluru mortir mendarat di dekat posisi-posisi PBB di sisi yang dikontrol Israel di Dataran Tinggi Golan.
Di New York, Asisten Sekretaris Jenderal PBB Kyung-wha Kang mengatakan, pelanggaran HAM oleh semua pihak telah menjadi norma di Suriah.
Ia mengatakan masuknya kelompok ekstremis Negara Islam ke Suriah tengah mengakibatkan kekerasan terhadap warga sipil semakin menjadi-jadi, termasuk pemenggalan, penyaliban, dan penjualan manusia.
Pemerintah Suriah meningkatkan penggunaan bom barel di komplek perumahan di mana warga sipil tidak tahu dimana harus berlindung, sementara kelompok oposisi melakukan serangan mortir dan bom untuk membunuh dan mencederai puluhan orang, termasuk anak-anak.
Kyung-wha Kang mengatakan kira-kira 240 ribu orang masih terkepung di Suriah dan pengiriman bantuan masih diblokir atau tertunda.
Sampai tanggal 31 Juli, 1.223 tentara penjaga perdamaian PBB dari Fiji, India, Irlandia, Nepal, Belanda, dan Filipina telah tergabung dalam tim pemantau perbatasan.
Tapi dengan alasan keamanan, Filipina, pekan lalu mengatakan akan menarik pasukannya bulan Oktober ketika masa tugas mereka berakhir.
Pasukan penjaga perdamaian PBB yang disebut Disengagement Observer Force sebelumnya ditahan oleh militan bersenjata bulan Maret dan Mei 2013, namun kemudian dibebaskan.