Berbicara soal rehabilitasi pasien stroke, Anda pasti membayangkan latihan yang ditangani langsung oleh terapis untuk memulihkan kemampuan bicara dan gerak. Tapi, bagi pasien yang tinggal di daerah terpencil, ratusan kilometer dari spesialis yang mereka butuhkan, terapi semacam itu sulit didapat.
Untungnya bagi banyak pasien di Kanada bagian utara, sistem medis jarak jauh lewat audio dan video sedang diujicoba untuk layanan rehabilitasi.
Esme French dari Thunder Bay Regional Health Sciences Center, memimpin proyek percontohan untuk menguji apakah konsep itu bisa diterapkan.
“Kami dapat mengidentifikasi kebutuhan rehabilitasi pasca stroke. Ada kebutuhan khusus terkait mobilitas untuk memastikan orang aman. Jadi, ahli terapi sering menyarankan perangkat seperti tongkat untuk membantu berjalan dan bagaimana mengubah rumah agar aman untuk pasien," kata French.
Proyek kecil itu menggunakan hanya 10 konsultasi lewat video antara pasien stroke dengan sekelompok pakar rehabilitasi di Thunder Bay, kota berukuran sedang di perbatasan dengan Amerika.
Menurut French, selain melihat efektifitas rehabilitasi jarak jauh itu, eksperimen tadi juga mengungkapkan keterbatasan dalam menggunakan teknologi. Misalnya, ahli patologi wicara mengatakan sambungan audio kadang tidak cukup jelas untuk evaluasi yang layak.
Sambungan video satu arah juga menjadi masalah karena pasien merasa tidak nyaman berbicara di depan kamera tanpa melihat sang terapis.
"Sejalan dengan waktu, kami benar-benar berusaha membina hubungan dengan pasien. Jelas kami katakan bahwa ini tidak menggantikan rehabilitasi tatap muka. Tapi jika tidak ada layanan langsung, kami mendapati ini dapat menghilangkan hambatan dalam beberapa kasus,” ujar French.
Penelitian French tidak menyertakan analisa ekonomi, tapi mengakui bahwa biaya untuk menciptakan jaringan rehabilitasi jarak jauh ini besar. Tapi setelah terbentuk, layanan via audio dan video untuk daerah terpencil ini akan ekonomis (VOA/Budi Setiawan).