Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) resmi mencalonkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden dalam Pilpres 2019. Hal ini dilakukan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Gerindra di Padepokan Garudayaksa Hambalang, Bogor, Rabu (11/4).
Prabowo Subianto, dalam pidato penerimaan mandat sebagai calon presiden, menegaskan menerima mandat tersebut dan akan segera bergerak membangun koalisi pilpres.
"Seandainya Partai Gerindra memerintahkan saya untuk maju dalam pemilihan Presiden yang akan datang, saya siap melaksanakannya," kata Prabowo.
Prabowo juga memerintahkan seluruh kader turun bersama rakyat siang dan malam serta berjuang dengan rakyat.
"Saya berjuang dan selama saya dipercaya oleh Partai Gerindra, apapun tugas yang diberikan oleh Partai Gerindra kepada saya, akan saya jalankan. Dengan segala tenaga saya, dengan segala jiwa dan raga saya," imbuhnya.
Analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago kepada VOA mengatakan, sulit buat Gerindra untuk bisa bertarung dalam pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2019 jika tidak memunculkan sosok Prabowo sebagai calon presiden.
"Ya bisa saja karena desakan kader. Kalau beliau ga maju sebagai ikonnya Gerindra, maka Gerindranya gak akan terselamatkan di 2019. Karena di sebuah partai itu harus ada sosok figur," kata Pangi.
Pangi menambahkan jika dilihat dari berbagai survey lembaga peneliti, masih ada sekitar 25 sampai 30 persen suara masyarakat yang belum menentukan pilihan antara Joko Widodo atau Prabowo Subianto. Bisa jadi suara itu masih menunggu munculnya calon lain selain Jokowi dan Prabowo.
"Artinya, ada orang yang tidak puas dengan pemerintaahan Jokowi hari ini. elektabilitas pak Jokowi kan tidak sampai 60 persen, artinya tidak aman. Tingkat kepuasan terhadap pak Jokowi juga tidak lebih dari 70 persen itu juga tidak memuaskan sebetulnya. Tetapi limpahan dari kekecewaan pemilih misalnya atau swing voters mengambang yang belum menentukan pilihan itu, masih cukup besar untuk diperebutkan," jelas Pangi
"Mestinya elektabilitas pak Prabowo bisa di atas 40 persen. Ini tidak sampai, baru 25 sampi 30 persen, bahkan ada yang menyebut di angka 15 persen. Artinya ada keinginan publik belum tentu ke pak Prabowo. Bisa saja mereka menginginkan sosok figur baru di luar sosok pak Jokowi dan pak Prabowo," imbuhnya.
Dalam acara Rapimnas Partai Gerindra ini, hadir sejumlah tokoh politik antara lain Amien Rais, Ketua umum PAN Zulkifli Hasan, dan Presiden PKS Sohibul Iman.
Selain Gerindra, Prabowo didukung oleh PKS sebagai sesama partai oposisi. Jika PKS benar bergabung, ini sudah cukup untuk mencapai ambang batas 20 persen kursi di DPR sebagai syarat untuk mengusung pasangan capres dan cawapres.
Meski begitu, Gerindra masih terus berusaha untuk mengajak partai lain bergabung. Partai yang menjadi sasaran Gerindra tentu saja adalah PAN, partai yang selama ini memang dikenal dekat dengan Gerindra meskipun berada dalam koalisi pemerintah.
Selain itu, Gerindra juga berkomunikasi dengan PKB dan Demokrat yang sejauh ini juga belum menentukan pilihan koalisinya di pilpres 2019. [aw/al]