Tersangka pembom Maraton Boston, Dzhokhar Tsarnaev, telah dipindahkan ke sebuah klinik penjara sementara pihak berwenang terus mencari jawaban tentang serangan itu.
Polisi federal U.S. Marshals Service Jumat mengatakan Tsarnaev dipindahkan ke Rumah Sakit Devens, sebuah fasilitas Biro Penjara di Fort Devens di negara bagian Massachussets. Ia dipindahkan dari rumah skit di Boston kesana di mana tadinya ia dirawat karena luka-luka yang dialaminya sewaktu penangkapannya.
Seorang juru bicara tidak merincikan kondisi tersangka berusia 19 tahun itu, yang menurut para pejabat sudah mulai pulih dari luka di lehernya.
Kakak Dhozkhar yang dituduh berkomplot dalam aksi itu, Tamerlan Tsarnaev, usia 26 tahun, tewas dalam aksi tembak menembak dengan polisi Kamis malam pekan lalu.
Juga Jumat, agen FBI menyisir lahan dekat kampus Universitas Massachussets Dartmouth di mana Dzhokhar Tsarnaev berkuliah. Para pejabat tidak mengatakan apa yang dicari oleh pihak penyidik.
Di Washington, anggota Kongres Amerika mengatakan bahwa pihak berwenang hendak memastikan apakah ibu kedua kakak beradik itu terlibat dalam radikalisasi kedua putranya. Dutch Ruppersberger, seorang petinggi dari Partai Demokrat dalam Komite Intelijen DPR, mengatakan sang ibu adalah "seseorang yang perlu diamati."
Kantor berita AP Jumat melaporkan bahwa ibu kedua tersangka, Zubeidat Tsarnaeva, telah dimasukkan ke dalam database terorisme federal sekitar 18 bulan sebelum serangan Boston itu.
Sementara itu, sejumlah pejabat New York mengatakan tersangka tadinya sempat menyusun apa yang tampaknya rencana spontan untuk menyerang Times Square ketika mereka sedang diburu polisi.
Kepala Kepolisian New York Ray Kelly mengatakan Dzhokhar memberitahu para penyelidik ia dan kakaknya Tamerlan berencana untuk naik mobil ke New York dan meledakkan bom mereka yang masih tersisa.
Rencana tersebut tidak terlaksana ketika mereka menyadari bensin di kendaraan yang mereka bajak tidak cukup. Ketika mereka singgah di pompa bensin untuk mengisi bahan bakar, pemilik mobil yang mereka bajak melarikan diri memanggil polisi, dan memicu serangkaian kejadian yang mengakibatkan Tamerlan tewas dan Dzhokhar ditahan polisi.
Walikota New York, Michael Bloomberg mengatakan insiden itu menunjukkan bahwa New York, yang diserang teroris tahun 2001 yang menewaskan hampir tiga ribu orang, masih tetap merupakan sasaran yang menarik bagi teroris.
Polisi federal U.S. Marshals Service Jumat mengatakan Tsarnaev dipindahkan ke Rumah Sakit Devens, sebuah fasilitas Biro Penjara di Fort Devens di negara bagian Massachussets. Ia dipindahkan dari rumah skit di Boston kesana di mana tadinya ia dirawat karena luka-luka yang dialaminya sewaktu penangkapannya.
Seorang juru bicara tidak merincikan kondisi tersangka berusia 19 tahun itu, yang menurut para pejabat sudah mulai pulih dari luka di lehernya.
Kakak Dhozkhar yang dituduh berkomplot dalam aksi itu, Tamerlan Tsarnaev, usia 26 tahun, tewas dalam aksi tembak menembak dengan polisi Kamis malam pekan lalu.
Juga Jumat, agen FBI menyisir lahan dekat kampus Universitas Massachussets Dartmouth di mana Dzhokhar Tsarnaev berkuliah. Para pejabat tidak mengatakan apa yang dicari oleh pihak penyidik.
Di Washington, anggota Kongres Amerika mengatakan bahwa pihak berwenang hendak memastikan apakah ibu kedua kakak beradik itu terlibat dalam radikalisasi kedua putranya. Dutch Ruppersberger, seorang petinggi dari Partai Demokrat dalam Komite Intelijen DPR, mengatakan sang ibu adalah "seseorang yang perlu diamati."
Kantor berita AP Jumat melaporkan bahwa ibu kedua tersangka, Zubeidat Tsarnaeva, telah dimasukkan ke dalam database terorisme federal sekitar 18 bulan sebelum serangan Boston itu.
Sementara itu, sejumlah pejabat New York mengatakan tersangka tadinya sempat menyusun apa yang tampaknya rencana spontan untuk menyerang Times Square ketika mereka sedang diburu polisi.
Kepala Kepolisian New York Ray Kelly mengatakan Dzhokhar memberitahu para penyelidik ia dan kakaknya Tamerlan berencana untuk naik mobil ke New York dan meledakkan bom mereka yang masih tersisa.
Rencana tersebut tidak terlaksana ketika mereka menyadari bensin di kendaraan yang mereka bajak tidak cukup. Ketika mereka singgah di pompa bensin untuk mengisi bahan bakar, pemilik mobil yang mereka bajak melarikan diri memanggil polisi, dan memicu serangkaian kejadian yang mengakibatkan Tamerlan tewas dan Dzhokhar ditahan polisi.
Walikota New York, Michael Bloomberg mengatakan insiden itu menunjukkan bahwa New York, yang diserang teroris tahun 2001 yang menewaskan hampir tiga ribu orang, masih tetap merupakan sasaran yang menarik bagi teroris.