BALTIMORE, MARYLAND —
Para ilmuwan Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Maryland, telah memperluas fungsi tes papsmear untuk mencari kelainan genetik yang berhubungan dengan kanker ovarium atau indung telur dan kanker endometrium atau lapisan dinding rahim. Di Amerika, kedua kanker itu didiagnosis pada sekitar 70.000 perempuan setiap tahun, dan tumor itu membunuh sekitar sepertiga dari mereka.
Saat ini belum ada tes untuk kedua kanker itu. Namun, para peneliti menemukan bahwa tumor endometrium dan ovarium melepaskan DNA abnormal yang dapat dideteksi di antara sel-sel sehat dalam cairan yang diambil dari leher rahim.
Dengan menggunakan penelitian hubungan genome yang luas, para peneliti Hopkins mengidentifikasi 12 gen yang paling umum bermutasi dalam kedua kanker itu sehingga dapat dikenali lewat papsmear rutin.
Tes baru yang disebut PapGene digunakan untuk memeriksa sel leher rahim dari 24 perempuan yang menderita kanker endometrium. Penyakit itu dideteksi dengan kejituan 100%.
Namun, Isaac Kinde, salah seorang peneliti di Sidney Kimmel Comprehensive Cancer Center, Johns Hopkins, mengatakan PapGene hanya mendeteksi 9 dari 22 kanker ovarium pada pasien yang menderita penyakit itu, tingkat akurasi yang relatif rendah, hanya 41 persen.
Kata Kinde, kanker ovarium mungkin lebih sulit dideteksi karena lokasinya. "Saya kira penjelasan yang paling mungkin untuk hasil itu adalah fakta bahwa sel kanker ovarium harus berjalan jauh untuk sampai ke leher rahim," ujarnya.
Menurut Kinde, para peneliti sedang membuat PapGene yang lebih sensitif untuk mendeteksi kanker ovarium.
Ia berharap satu waktu nanti tes rutin papsmear digunakan untuk mendeteksi ketiga jenis kanker yang menyerang kaum perempuan itu.
"Itulah impian sejak awal. Kami tahu itu tujuannya. Dari sudut pandang pasien, dan dokter ginekologi, tidak ada yang berubah. Itu adalah papsmear rutin dan pada dasarnya hanya kotak lain yang dipilih jika Anda ingin menemukan kanker endometrium dan ovarium," paparnya.
Penelitian itu dilakukan para peneliti Universitas Johns Hopkins, Memorial Sloan-Kettering Cancer Center di New York, dan Universitas Sao Paolo di Brazil
Artikel tentang pengembangan tes PapGene untuk menemukan kanker leher lahir, endometrium dan ovarium ini dimuat dalam jurnal
Science Translational Medicine.
Saat ini belum ada tes untuk kedua kanker itu. Namun, para peneliti menemukan bahwa tumor endometrium dan ovarium melepaskan DNA abnormal yang dapat dideteksi di antara sel-sel sehat dalam cairan yang diambil dari leher rahim.
Dengan menggunakan penelitian hubungan genome yang luas, para peneliti Hopkins mengidentifikasi 12 gen yang paling umum bermutasi dalam kedua kanker itu sehingga dapat dikenali lewat papsmear rutin.
Tes baru yang disebut PapGene digunakan untuk memeriksa sel leher rahim dari 24 perempuan yang menderita kanker endometrium. Penyakit itu dideteksi dengan kejituan 100%.
Namun, Isaac Kinde, salah seorang peneliti di Sidney Kimmel Comprehensive Cancer Center, Johns Hopkins, mengatakan PapGene hanya mendeteksi 9 dari 22 kanker ovarium pada pasien yang menderita penyakit itu, tingkat akurasi yang relatif rendah, hanya 41 persen.
Kata Kinde, kanker ovarium mungkin lebih sulit dideteksi karena lokasinya. "Saya kira penjelasan yang paling mungkin untuk hasil itu adalah fakta bahwa sel kanker ovarium harus berjalan jauh untuk sampai ke leher rahim," ujarnya.
Menurut Kinde, para peneliti sedang membuat PapGene yang lebih sensitif untuk mendeteksi kanker ovarium.
Ia berharap satu waktu nanti tes rutin papsmear digunakan untuk mendeteksi ketiga jenis kanker yang menyerang kaum perempuan itu.
"Itulah impian sejak awal. Kami tahu itu tujuannya. Dari sudut pandang pasien, dan dokter ginekologi, tidak ada yang berubah. Itu adalah papsmear rutin dan pada dasarnya hanya kotak lain yang dipilih jika Anda ingin menemukan kanker endometrium dan ovarium," paparnya.
Penelitian itu dilakukan para peneliti Universitas Johns Hopkins, Memorial Sloan-Kettering Cancer Center di New York, dan Universitas Sao Paolo di Brazil
Artikel tentang pengembangan tes PapGene untuk menemukan kanker leher lahir, endometrium dan ovarium ini dimuat dalam jurnal
Science Translational Medicine.