Junta militer dan polisi Thailand mengatakan, mereka telah membuat kemajuan berarti dalam penyelidikan mereka terhadap pemboman di sebuah wihara di Bangkok bulan lalu yang menewaskan 20 orang dan melukai lebih dari 120 orang lainnya, kebanyakan wisatawan Asia.
Dalam sebuah siaran televisi, juru bicara Kepolisian Nasional Thailand Letnan Jenderal Prawut Thavornsiri mengungkapkan bahwa seorang pria asing ditangkap di perbatasan Thailand dengan Kamboja, Selasa (1/9).
Ia mengatakan, tim forensik kepolisian memastikan bahwa sidik jari pria yang ditangkap itu sama dengan sidik jari yang ditemukan pada sebuah botol yang berisi bahan peledak di kamar nomor 414 Apartemen Poon-Anan. Temuan itu, katanya, mengukuhkan bahwa pria itu terlibat dalam insiden pemboman tersebut.
Pada siaran yang sama, jurubicara junta militer mengumumkan semua tempat yang menampung tamu asing harus melapor ke pihak berwenang dalam waktu 24 jam sejak kedatangan para tamu itu. Ini termasuk pemilik rumah, hotel, apartemen dan fasilitas-fasilitas lain yang memberikan layanan tinggal bagi orang asing.
Surat penangkapan telah dikeluarkan bagi delapan orang sejak insiden ledakan 17 Agustus itu, termasuk seorang pria yang diyakini warga Turki.
Junta militer yang merebut kekuasaan di kerajaan sejak kudeta tahun lalu telah memerintahkan para pejabat untuk tidak menyebut pemboman itu sebagai tindakan terorisme internasional atau kemungkinan kaitannya dengan Turki atau China.
Ada spekulasi bahwa serangan itu merupakan tanggapan terhadap tindakan deportasi Thailand Juli lalu terhadap lebih dari 100 warga Uighur ke China.