Anjing-anjing itu merupakan wujud partisipasi Universitas Chulalongkorn di Bangkok dalam mengatasi gelombang ketiga wabah virus corona di Thailand. Hewan-hewan itu telah dilatih sedemikian rupa sehingga mampu mendeteksi kehadiran virus corona pada orang-orang yang terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala apapun (asimtomatik).
Dalam sebuah demo yang digelar 21 Mei lalu, anjing-anjing itu bisa melacak kehadiran virus corona dari sampel keringat banyak orang, termasuk dari pasien yang terbaring di tempat tidur dan tidak dapat bepergian untuk menjalani tes usap, dan sukarelawan medis lokal.
Anjing-anjing pelacak virus corona ini merupakan hasil kerja sama Universitas Chulalongkorn dengan Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia Thailand.
Pattama Torvorapanit, salah satu periset dalam proyek anjing pelacak virus corona di universitas itu mengatakan, memanfaatkan anjing untuk mendeteksi virus corona merupakan tindakan yang masuk akal.
“Aroma khas akan muncul setelah ada infeksi. Jenis virus yang berbeda akan menghasilkan jenis aroma yang berbeda. Anjing sangat sensitif terhadap bau yang dikeluarkan dari tubuh manusia dan mereka memiliki indera yang ratusan juta kali lebih baik daripada indera manusia. Anjing bisa mendeteksi virus tanpa harus melakukan kontak dekat dengan virus itu,” jelasnya.
Thitiwa Sriprasart, seorang peneliti lain, mengatakan, tingkat keberhasilan pelacakan anjing-anjing itu luar biasa tinggi.
"Mereka sangat cepat dan spesifik dengan tingkat keberhasilan lebih dari 90 persen. Itu sangat tinggi. Mereka dapat memberitahu kami sampel mana yang terinfeksi dan mana yang tidak. Dengan kecepatan ini, kami dapat mengisolasi mereka yang kami curigai terinfeksi dari mereka yang bebas virus. Ini akan membantu mengurangi besaran wabah," imbuhnya.
Pemimpin proyek itu, Profesor Kaywalee Chatdarong, mengatakan anjing-anjing itu telah melacak ribuan sampel sejak awal Mei 2021.
“Kami telah menerima sekitar 200-300 sampel sehari dari kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia. Awal pekan ini, kami mengerjakan sekitar 1.500 sampel. Di provinsi Songkhla, kami memulai pemeriksaan sejak awal Mei, dan anjing-anjing itu telah melacak sekitar 2.000 sampel," jelas Profesor Kaywalee Chatdarong.
Pihak berwenang mengatakan, Jumat (21/5), Thailand telah mendeteksi 15 kasus pertama yang ditularkan di dalam negeri dari varian COVID-19 yang sangat menular yang pertama kali ditemukan di India, sebuah penemuan yang dapat mempersulit upaya untuk mengatasi wabah paling mematikan ini.
Kasus-kasus pertama itu mencakup 12 pekerja konstruksi di kamp mereka di Bangkok Utara, di mana sekitar 1.100 dari 1.667 pekerja di sana dinyatakan positif COVID-19. [ab/uh]