“Rasanya seperti ayam”, kesan Herliana yang baru pertama kali merasakan daging kalkun. Herliana yang berasal dari Balikpapan baru pindah ke daerah Washington DC untuk sekolah di sebuah universitas negri. Ia bergabung dalam acara Thanksgiving yang dikelola oleh sebuah organisasi Indonesian Christian Fellowship berbasis di Washington DC.
Melewati hari Thanksgiving sendirian seakan tabu di Amerika. “Where are you going for Thanksgiving?” adalah pertanyaan yang sering dilontarkan warga Amerika pada pelajar internasional atau pekerja dari luar negri yang belum berkeluarga. Mereka merasa kuatir kalau seorang warga internasional merasa kesepian di saat seluruh Amerika merayakan hari mengucap syukur dengan keluarga mereka dan mengundang orang tersebut ke rumah mereka.
Warga Indonesia di rantau juga jauh dari keluarga namun di kota besar seperti Washington DC yang dihuni oleh sekitar 3 ribu warga asal Indonesia, banyak hari besar yang bisa dilewati tanpa perlu merasa kesepian. Salah satunya adalah acara renungan dan silahturahmi pemuda Indonesia ini.
Sekitar hampir 30 orang datang dengan membawa makanan atau minuman untuk dinikmati bersama. Tidak ketinggalan tentunya, seekor kalkun panggang lengkap dengan saos cranberry, kentang lumat, buncis panggang dan stuffing atau campuran sayuran yang dipanggang didalam kalkun. Ini adalah makanan khas Thanksgiving yang selalu dihidangkan di meja-meja seluruh Amerika sebagai peringatan makanan khas yang disantap saat Thanksgiving pertama kali diadakan untuk mensyukuri panen.
Suryanah Siahaan yang memanggang kalkun bercerita,”Ini pertama kali saya mencoba memanggang kalkun, saya coba lihat di majalah di supermarket dan belanja dengan petunjuk itu.” Hasilnya, mengagumkan, kalkun yang dipanggang selama 7 jam tampak mulus licin kecoklatan dan tidak kalah dibandingkan dengan kalkun resep generasi turun temurun di dapur khas Amerika.
Resiko gagal memanggang kalkun adalah daging yang kering dan keras karena dipanggang dalam waktu lama. Kalkun yang dimasak Suryanah termasuk berhasil karena tidak kering dan bumbunya meresap. Tidak ketinggalan saus sambal dan sup yang walau tidak ada dalam menu Thanksgiving tentunya selalu dicari lidah Indonesia.
Kelompok pemuda yang rata-rata kuliah dan profesional muda di Washington DC ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Kecintaan terhadap Indonesia tercermin dalam permainan tebak-tebakan yang tidak sengaja terjadi setelah makan. “Apa bahasa Indonesianya 'lady bug'”? tanya Erwin. Disusul dengan lelucon lagu Dufan dan beralih ke tebak-tebakan lagu “Berpacu dalam Melody”, acara kuis musik tahun 90-an. Tawa riuh dan makanan memang selalu menjadi ciri khas silahturahmi warga Indonesia sekalipun di benua yang berbeda. Perut kenyang dan persahabatan menjadi tambahan hal yang patut disyukuri di hari Thanksgiving ini, sebuah tradisi negeri paman Sam yang positif dan baik untuk ditiru.