Di tengah lalu lalang wisatawan, pejalan kaki dan awak televisi dari puluhan media massa, seorang pekerja bangunan yang nampak lelah menatap derek raksasa yang baru saja menegakkan pohon natal di Rockefeller Center. Ia menyeka keringat di dahinya, dan mengacungkan jempolnya sebagai tanda pohon telah berdiri tegak. Pohon cemara itu akan dihiasi dengan 30 ribu lampu natal dan sebuah bintang kristal raksasa yang akan dinyalakan pada tanggal 30 November.
“Pohon itu ditegakkan dan diamankan dengan empat kabel. Hari Senin kami akan mulai menghias dan memasang lampu natal, sehingga siap untuk dinyalakan,” jelas salah petugas yang turut memasang pohon cemara itu.
Steve, seorang penduduk New York, menyukai ide pemasangan pohon natal jauh-jauh hari itu.
“Ide yang cemerlang memasang dan menghias pohon natal jauh-jauh hari. Di New York, bukan Natal namanya kalau tidak ada pohon Natal di Rockefeller Center. Itu bagian dari budaya New York,” ujar Steve.
Bagi Peter Acton, petugas pemadam kebakaran, dan keluarganya, pemasangan pohon Natal itu mengharukan. Pohon cemara itu berasal dari tanah mereka di pedesaan negara bagian New York.
“Pohon itu berasal dari halaman rumah kami. Usia pohon itu sudah lebih dari 70 tahun, dan pohon itu merupakan bagian dari rumah kami. Kami suka berpiknik di bawah pohon itu. Kami menyukai pohon itu. Saya harap kota New York dan seluruh dunia juga dapat menikmati keindahan pohon itu,” kata Acton.
Bagi Peter dan anaknya, ketika orang-orang dari Rockefeller Center menemukan pohon itu pada tanggal 11September 2010 juga sangat berarti.
“Sulit rasanya membicarakan hal itu, tetapi ada harapan dalam proses kehilangan itu, untuk lebih mendekatkan keluarga saya dan juga dunia.”
Meskipun selalu ada kegembiraan menyambut Natal, bagi kebanyakan orang kelelahan yang dirasakan setelah perayaan Natal juga tidak terhindarkan.