Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memastikan tidak akan menutup akses dari dan keluar Surabaya, atau melakukan lockdown, meski pemerintah pusat menetapkan beberapa aktivitas untuk dilakukan dari rumah. Risma menilai stabilitas ekonomi perlu dijaga agar tidak terjadi kesulitan ekonomi dan sosial yang lebih besar, sehingga diperlukan protokol untuk memandu setiap aktivitas yang juga dapat mencegah penyebaran virus corona. Protokol merupakan langkah-langkah yang dapat diambil, bila menemui kasus atau kecenderungan penularan virus corona di tengah masyarakat.
“Bahwa lockdown tidak akan, makanya yang kita lakukan adalah pencegahan ini, membuat protokol. Karena kalau itu (lockdown) ekonomi bisa kolaps, itu jauh lebih berat. Ya kan tidak semua orang pendapatannya bulanan, ada yang harian, itu kan bahaya. Makanya yang kita lakukan, penekanan itu untuk membuat protokol di masing-masing unitnya, di sekitar mereka, sehingga diharapkan pencegahannya bisa lebih efektif daripada tidak ada sama sekali pencegahan-pencegahan, penyesuaian protokol tadi,” kata Tri Rismaharini.
Risma juga berpesan agar warga Surabaya tidak panik menghadapi situasi ini, dan tidak melakukan aksi borong bahan kebutuhan pokok. Pemerintah Kota Surabaya, kata Risma, akan menggelar pasar murah di sejumlah lokasi, untuk memastikan kebutuhan warga akan bahan pangan tercukupi.
“Kita sekarang ini membuat pasar murah di beberapa tempat, jadi saya pikir warga Surabaya tidak usah panik soal bahan makanan, kita akan coba semaksimal mungkin penuhi kebutuhan masyarakat,” pesan Risma.
Dampak pengurangan aktivitas masyarakat di luar rumah juga dirasakan oleh pelaku ekonomi, termasuk pengusaha tempat perbelanjaan. Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia, Jawa Timur, Sutandi Purnomosidi mengatakan, jumlah pengunjung mall dan pusat perbelanjaan di Surabaya turun hingga 20 persen.
Padahal, para pengelola tempat perbelanjaan telah melakukan sejumlah langkah untuk mencegah penyebaran virus corona, seperti memastikan kebersihan tempat perbelanjaan, penyediaan wastafel untuk tempat cuci tangan maupun penyediaan penyanitasi tangan (hand sanitizer), serta penyiapan masker bagi yang diduga sakit batuk atau pilek.
“Sampai saat ini kita melihat bahwa memang ada penurunan pengunjung, tapi di Surabaya ini penurunan pengunjung sekitar 20 persen sampai maksimal 30 persen. Kita melihat bahwa sebetulnya antisipasi sudah banyak dilakukan oleh pengelola pusat belanja itu. Pada saat malam hari setiap mal tutup, disinfektasi seluruh fasilitas publik sudah dilakukan. Itu sudah dilakukan sejak sebelum Presiden mengumumkan terjadinya kasus (corona),” ujar Sutandi Purnomosidi.
Sutandi menambahkan, terkait pengurangan jumlah orang yang berkumpul di satu tempat, pihaknya juga telah mengatur jumlah orang yang boleh masuk ruang lift, serta pengaturan jarak antara tempat duduk di pusat kuliner atau tempat makan, sebagai upaya mengurangi risiko penularan.
“Orang (naik lift) biasanya bisa sampai 16 orang, kita batasi hanya delapan orang. Kalau biasa di food court duduk sampai jejer-jejer, kita nanti akan renggangkan tempat duduk itu, kita jarangkan, itu yang kita lakukan. Sementara kita belum menentukan batas (antara tempat duduk), kita melihat sampai situasinya mereda sehingga tidak menimbulkan kecemasan publik,” imbuh Sutandi. [pr/uh]