Tautan-tautan Akses

Penyelidik Swiss Temukan 53 Transaksi FIFA yang Mencurigakan


Jaksa Agung Swiss, Michael Lauber (tengah) memberi keterangan kepada pers di Bern, Swiss, Rabu (17/6).
Jaksa Agung Swiss, Michael Lauber (tengah) memberi keterangan kepada pers di Bern, Swiss, Rabu (17/6).

Jaksa Swiss tengah menyelidiki kemungkinan terjadinya 53 kasus pencucian uang dalam proses penawaran untuk turnamen Piala Dunia FIFA tahun 2018 dan 2022.

Jaksa Agung Siwss, Michael Lauber, hari Rabu (17/6) mengatakan bahwa transaksi tersebut dilaporkan oleh bank-bank di Swiss melalui sistem peringatan anti-pencucian uang.

Menurut Lauber, bank-bank tersebut telah melakukan tugasnya dengan melaporkan aktivitas tersebut dan memperingatkan masalah tersebut merupakan masalah yang "besar dan kompleks".

Dia mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak mengesampingkan wawancara dengan Presiden FIFA Sepp Blatter, yang telah setuju untuk mundur setelah skandal yang melanda badan sepak bola dunia tersebut.

Tim penyelidik Swiss telah melihat dengan seksama adanya tuduhan salah urus dan pencucian uang terkait dengan pemberian penyelenggaraan Piala Dunia 2018 dan 2022 kepada Rusia dan Qatar.

Sebuah dakwaan diterbitkan AS secara terpisah bulan lalu terhadap sembilan pejabat FIFA dan lima eksekutif terkait pelanggaran yang mencakup pemerasan, penipuan kawat dan pencucian uang.

A combination of file pictures made on May 27, 2015 shows Fifa officials (LtoR, from upper row) Rafael Esquivel, Nicolas Leoz, Jeffrey Webb, Jack Warner, Eduardo Li, Eugenio Figueredo and Jose Maria Marin
A combination of file pictures made on May 27, 2015 shows Fifa officials (LtoR, from upper row) Rafael Esquivel, Nicolas Leoz, Jeffrey Webb, Jack Warner, Eduardo Li, Eugenio Figueredo and Jose Maria Marin

Piala Dunia 2026

FIFA telah menangguhkan proses penawaran untuk penyelenggaraan Piala Dunia 2026 karena adanya kontroversi yang sedang berlangsung ini.

Tuan rumah penyelenggaraan pertandingan kejuaraan sepakbola 2026 akan dipilih langsung oleh para anggota FIFa dalam pertemuan di Malaysia tahun 2017. Belum jelas kapan keputusan tersebut akan ditetapkan.

Catatan pengadilan AS dibuka awal bulan ini menunjukkan bahwa bmantan anggota FIFA mengaku menerima suap terkait penyelenggaraan Piala Dunia tahun 1998 dan 2010.

Charles Blazer, seorang warga AS yang telah menghabiskan waktunya selama dua dekade sebagai petugas sepakbola yang berkuasa, secara diam-diam mengaku bersalah pada November 2013 atas 10 tindak kriminal di New York sebagai bagian dari perjanjian dengan seorang jaksa AS, demikian menurut transkrip yang dikutip dari sidang dengar keterangan.

Blazer tmengatakan kepada hakim AS bahwa dia dan pejabat eksekutif FIFA lainnya menerima suap saat pemilihan Perancis sebagai tuan rumah Piala Dunia Tahun 1998.

Dia juga mengatakan bahwa dia menerima suap saat pemberian penghargaan untuk Afrika Selatan tahun 2010.

XS
SM
MD
LG