Para pejabat Indonesia mengatakan sebuah kapal patroli angkatan laut mungkin telah menemukan sesuatu yang mungkin merupakan bagian dari pesawat naas Air Asia dimana terdapat kotak hitam dan perekam data penerbangan.
Berbagai laporan media yang mengutip kapten kapal patroli Yayan Sofyan mengatakan hari Senin (5/1) bahwa “kemungkinan besar” tim-tim pencari telah menemukan ekor pesawat Air Asia itu.
Para pejabat Indonesia mengatakan kurang lebih lima “obyek besar” yang terlihat, yang diperkirakan bagian dari pesawat di perairan dangkal sedalam sekitar 30 meter. Beberapa kapal telah menggunakan hidrofon dan sonar untuk mendeteksi obyek-obyek di dasar laut itu.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Henry Bambang Soelistyo, mengatakan dalam konferensi pers di Jakarta, para pakar berupaya mengukuhkan apa yang mungkin telah ditemukan.
“Yang paling susah adalah menentukan dimana barang itu? Tidak mudah. Meskipun kita ada alat sistem, juga tidak ditemukan. Lima kapal (sudah dikerahkan) untuk mencari sinyal ping black box itu, sampai detik ini belum membuahkan hasil,” ujarnya.
Menemukan ekor pesawat sangat penting karena bagian itu mengandung “kotak hitam” yang merekam suara dan data. Begitu dianalisa, data itu kemungkinan dapat menjelaskan mengapa pesawat itu jatuh.
Sejumlah negara yang mengerahkan lebih dari 20 pesawat dan helikopter dan lebih dari 20 kapal kini menyisir perairan 160 kilometer dari lepas pantai pulau Kalimantan.
Pencarian jenazah dan puing-puing dari pesawat Air Asia yang jatuh itu terkendala derasnya arus dan badai tropis. Sejauh ini, lebih dari 30 jenazah dari 162 penumpang dan awak telah ditemukan.
Sebuah laporan awal dari badan meteorologi Indonesia (BMKG) mengatakan cuaca merupakan faktor penting dan lapisan es mungkin telah menyebabkan mesin pesawat itu mati.
Para pejabat Indonesia mengatakan mereka tetap berharap upaya penemuan jenazah dari puing-puing pesawat dapat dituntaskan dalam beberapa hari. Tetapi penyelidikan menyeluruh mengenai penyebab tragedi itu, yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia (KNKT) dan dibantu Badan Keselamatan Penerbangan Prancis (BEA), mungkin akan makan waktu sampai 12 bulan.