Dimulai dengan anak-anak menendang bola di sekitar sebuah kamp pengungsi Yunani yang sudah mereka anggap sebagai tempat tinggal mereka.
Sekarang, berkat dukungan banyak pihak, termasuk tokoh utama dari liga sepakbola profesional Yunani, para pemain di Hope Refugees United, sebuah kesebelasan yang baru dibentuk, punya cita-cita besar sementara mereka bersiap-siap untuk bertanding melawan tim-tim Yunani lainnya.
Mereka telah menyeberangi benua dan lautan, tetapi pada malam ini tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah jebakan offside selama pertandingan berlangsung. Inilah Hope Refugees United, tim sepak bola Yunani yang terbaru.
Dan dengan dukungan dari teman-teman di eselon tinggi dari persepakbolaan Yunani, mereka harus membuktikan kemampuan mereka dalam olah raga ini.
Pemain seperti warga Afghanistan, Fahim Ahmadi berusia 17 tahun, telah membawa semangat olahraga ini dari tanah airnya yang dilanda konflik, dan kebanyakan dari mereka kini hidup di sini, di kamp pengungsi Skaramangas, di pantai dekat Athena.
Sebelumnya mereka dilanda rasa putus asa dan tanpa pekerjaan tetap, sehingga sesekali terjadi perkelahian di antara anak-anak dari etnis berbeda ini, tetapi kini di dalam tim sepakbola hal-hal seperti itu tidak menjadi masalah lagi.
“Ketika kami terpilih dan masuk tim, mereka jadi bersahabat. Mereka mengatakan tidak ada Yazidi, Afganistan, Suriah dan tidak ada Kurdi. Mereka semua menjadi seperti saudara. Mereka menginginkan perdamaian dan mereka menjadi seperti sekarang, teman yang akrab," tutur Fahim.
Apa yang dulu berupa tendangan bola yang santai, kini punya makna yang lebih besar. Anak-anak sekarang bepergian secara rutin keluar dari kamp pengungsi dan bermain di lapangan sepak bola yang sebenarnya yang layak, melewati stadion Olympiakos, salah satu tim terbaik Yunani.
Setelah beberapa pertandingan tidak resmi, kini mereka ambil bagian dalam uji coba yang bertujuan membentuk kesebelasan resmi serta bergabung dengan Liga Yunani dalam beberapa minggu mendatang.
Di antara pihak-pihak yang mendukung upaya mereka adalah Petros Kokallis, yang LSM-nya, Organization Earth telah mendukung pelatihan sepakbola. Petros Kokallis juga pernah menjabat sebagai wakil presdir dari kesebelasan Olympiakos.
Kembali di Skaramagas, Organization Earth juga membantu melatih anak-anak, tetapi Petros berharap untuk memperluas upaya-upaya ini dan membawa para pemain sepak bola itu keluar dari kamp sesering mungkin.
Paling tidak untuk kelompok ini, hal ini terlaksana, dan selagi mereka keluar untuk berlatih dan mengambil bagian dalam pertandingan ketiga, salah seorang pemain menjelaskan mengapa nama Hope Refugees United sangat tepat.
Ali Shaheen adalah penjaga gawang dari kesebelasan sepakbola Hope Refugees United dan katanya, "Saya merasa sepak bola membuat saya hidup. Saya bermain sepak bola dengan teman-teman,. Saya merasa seperti saya benar-benar melupakan semua hal-hal yang buruk. Saya tidak lagi berpikir tentang masa lalu atau perang. Saya hanya berpikir tentang masa depan saya." [ps/jm]