Toko buku dan kedai kopi Politics and Prose adalah salah satu tempat paling terkenal di ibu kota AS. Sejak dibuka hampir 35 tahun lalu, tempat itu telah menjadi pusat budaya yang menarik turis mancanegara, penggemar literatur dan politisi berpengaruh.
Bahkan, toko buku itu menjadi magnet bagi sebagian penulis terkemuka dunia, dari mantan presiden Clinton dan Obama, sampai J.K. Rowling, Salman Rushdie dan fotografer Annie Leibovitz.
"Politics and Prose adalah salah satu dari banyak institusi budaya di Washington D.C. Tempat ini sangat penting dan berkembang. Sangat bagus karena tempat ini menarik orang-orang yang peduli dengan literatur dan buku-buku intelektual. Tempat ini membentuk komunitas,” kata Damir Marusic, Editor Eksekutif majalah the American Interest.
Para penerbit bersaing untuk mengorganisir acara bedah buku bagi penulis mereka di Politics and Prose, sementara para penulis bermimpi menampilkan karya mereka disana.
Bill dan Hillary Clinton serta Barack Obama pernah mengadakan acara disini.
Demikian pula penulis buku-buku yang laris di dunia, seperti J.K. Rowling dari serial Harry Potter, dan novelis Inggris keturunan India Salman Rushdie.
Baru-baru ini, penulis Jamie Susskind berbicara tentang dampak teknologi terhadap politik. Dia telah mendatangi tempat ini selama puluhan tahun, bahkan sebelum merilis bukunya sendiri.
“Ini adalah toko buku legendaris di Washington DC. Sewaktu saya magang di Gedung Capitol, saya sering datang kemari, melihat-lihat dan membelanjakan uang saya yang tidak banyak jumlahnya. Jadi, saya merasa senang bisa kembali lagi kesini sebagai seorang penulis,” kata Jamie Susskind, seorang pengarang.
Staf disini terkenal sangat informatif dan sigap.
Dan sebagian pengunjung, seperti Anna, mengatakan lebih asyik membeli buku di toko, dibandingkan secara daring.
“Saya suka toko buku, saya seorang kutu buku, jadi saya sering membuka situs Amazon dan melihat-lihat bukunya. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan rasanya memegang buku secara langsung, membacanya dan memilihnya,” kata Anna.
Mantan reporter Washington Post, Bradley Graham dan Lissa Muscatine, membeli toko buku ini pada 2011.
Meskipun harus bersaing dengan buku elektronik yang semakin populer, para pemiliknya mampu mengembangkan bisnis dan membuka tiga cabang lagi di kota itu.
“Ketika Anda mendatangi toko buku seperti ini, Anda mungkin belum tahu pasti apa yang mau dibeli atau bahkan tidak punya niat untuk membeli sesuatu. Tapi setelah melihat-lihat koleksi di rak buku, Anda mungkin menemukan sesuatu yang pada akhirnya menjadi buku favorit baru Anda,” kata Liz Artlip adalah seorang staf Politics and Prose.
Dan pengalaman seperti inilah yang membuat toko buku ini mampu membuka pintunya sampai bertahun-tahun mendatang. [vm]