Hasil resmi pemilu yang diumumkan hari Senin (29/2) menunjukkan sejumlah tokoh Iran yang reformis dan relatif moderat, yang mendukung perjanjian nuklir tahun lalu, memenangkan mayoritas kursi di parlemen.
Selain itu, sebuah badan yang bertugas memilih pemimpin tertinggi berikutnya juga menang, dan ini dianggap sebagai kemunduran bagi kelompok garis keras yang menentang perjanjian nuklir itu.
Hasil final pemilu yang diumumkan oleh Kementerian Dalam Negeri Iran dan disiarkan oleh stasiun televisi pemerintah itu menunjukkan bahwa kelompok reformis yang mendukung perluasan kebebasan sosial dan keterlibatan dengan Barat, serta mereka yang mendukung Presiden Hassan Rouhani, meraih sedikitnya 85 kursi.
Kelompok moderat-konservatif yang memisahkan diri dari kelompok garis keras dan mendukung perjanjian nuklir, mendapat 73 kursi. Dengan gabungan kedua kelompok itu mereka menguasai kursi mayoritas di parlemen yang terdiri dari 290 kursi itu.
Kelompok garis keras hanya mendapat 68 kursi, turun dari jumlah kursi di parlemen saat ini yang mencapai 112 kursi. Lima kursi akan diberikan kepada kelompok keagamaan minoritas dan sisa 59 kursi akan diputuskan dalam pemilu putaran kedua yang tampaknya akan dilangsungkan bulan April nanti.
Tidak satu pun dari tiga kelompok politik utama itu yang akan mendominasi parlemen mendatang, dan majelis ini akan lebih bersahabat dengan Presiden Hassan Rouhani – seorang tokoh moderat yang terpilih tahun 2013 dan berjanji akan melonggarkan pembatasan-pembatasan kebebasan berpendapat dan memulihkan hubungan dengan Barat. [em/isa]