Tokyo, Selasa (13/10), mengajukan protes resmi terhadap Beijing atas masuknya kapal-kapal garda pantai China ke perairan Jepang di lepas pantai kepulauan yang disengketakan di Laut China Timur, dan penolakan China untuk meninggalkan kawasan itu.
Dua kapal China memasuki perairan yang diklaim Jepang, Minggu (11/10) pagi. Keduanya terlihat mendekati sebuah kapal nelayan Jepang yang membawa tiga awaknya, tidak jauh dari Kepulauan Senkaku yang dikontrol Jepang, namun juga diklaim China dan diberi nama Diaoyu.
Kedua kapal itu bertahan di sana dan mengabaikan peringatan dan tuntutan pihak Jepang untuk segera hengkang.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Katsunobu Kato, mengatakan sungguh sangat disesalkan bahwa kedua kapal garda pantai China itu masih berada di perairan Jepang, dan mengabaikan tuntutan Tokyo untuk meninggalkan kawasan tersebut. Ia mengatakan Jepang akan membela mati-matian perairan, daratan, dan ruang udara yang menjadi miliknya.
Sejumlah pejabat garda pantai Jepang mengatakan, kapal nelayan Jepang dan tiga awaknya aman terlindungi, namun menolak memberi rincian lebih jauh.
Pemerintah Jepang mengatakan pihaknya memegang hak kepemilikan kepulauan itu sejak akhir 1890-an berdasarkan hukum internasional. Tokyo juga mengatakan, Beijing ikut mengklaim kepulauan itu sekitar 1970 setelah muncul laporan bahwa deposit minyak ditemukan dekat kepulauan tersebut.
Jepang memandang penempatan militer China di Laut China Timur dan sikapnya yang semakin menantang sebagai ancaman keamanan besar. Invasi militer Jepang di China pada 1930-an dan 1940-an masih menjadi sumber pertikaian antara kedua pihak.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, Senin (12/10), kembali menegaskan pendirian China bahwa Kepulauan Diaoyu adalah miliknya. Oleh karena itu, kata Lijian, China memiliki hak untuk menempatkan patroli keamanannya di perairan kepulauan itu, dan pihak Jepang harus menghormatinya. [ab/uh]