Presiden AS Donald Trump berupaya menangkis kritikan atas pernyataannya yang menyebutkan bahwa baik nasionalis kulit putih dan para pengunjuk rasa tandingan sama-sama bersalah atas kekerasan mematikan yang pecah akhir pekan kemarin di Charlottesville, Virginia.
Yang terkena imbas pernyataan Trump itu adalah dewan-dewan penasihat yang dibentuknya belum lama ini. Trump hari Rabu mengumumkan, kedua dewan itu, the Manufacturing Council dan Strategy & Policy Forum ditutup setelah CEO-CEO mulai mengundurkan diri karena pernyataannya.
Trump mengatakan lewat Twitter dia membubarkan dewan-dewan itu daripada hal itu membuat para pelaku bisnis menjadi tertekan.
Pernyataan Presiden Trump itu dikecam oleh banyak pemimpin dan aktivis AS. Salah seorang di antaranya adalah Pendeta Jesse Jackson, aktivis hak-hak sipil AS.
“Untuk menyamakan mereka yang menyerukan perang rasial, yang mempertahankan kefanatikan dan supremasi rasial dengan mereka yang memprotes hak-hak sipil bukanlah perbandingan yang seimbang. Dan hal semacam itu telah memperkuat posisi nasionalis kulit putih dan neo-Nazi. Presiden AS Donald Trump melihat mereka sebagai kubunya. Tapi faktanya adalah, sebagai presiden AS, kita semua seharusnya ada bagian dari kubunya. Militer adalah kubunya, semua warga AS pembayar pajak adalah kubunya. Dia melihat kita lewat lubang kunci dan bukan lewat pintu, kita semua berada di bawah tenda besar. Dia melihat hanya sedikit dari kita yang masuk ke kubunya, dan lebih banyak yang keluar. Dan itu tidak benar,” tandas Jesse Jackson.
Pernyataan Trump juga mengundang kecaman dari sekutu Amerika, Perdana Menteri Inggris Theresa May.
“Inggris telah mengambil langkah untuk melarang kelompok-kelompok ekstrem kanan disini, kami telah mengidentifikasi beberapa kelompok ekstrem kanan di Inggris dan tidak ada kesamaan antara mereka yang memiliki sudut pandang fasisme dan mereka yang menentangnya, dan saya rasa penting bagi semua pihak untuk mengecam sudut pandang ekstrem kanan setiap kali kita mendengarnya,” tukas May.
Para pengamat kini sedang mencermati apakah Trump bisa mengubah citra kepresidenannya, yang terus menerus dilanda kontroversi dan perselisihan sejak pelantikannya tujuh bulan lalu. [vm/jm]