Sejumlah pemrotes berkumpul dekat Gerbang Brandenburg di Berlin, Jerman, Rabu, untuk mengenang Heather Heyer, perempuan muda yang tewas setelah sebuah mobil berkecepatan tinggi menabrak sekelompok demonstran anti-rasis di Charlottesville. Banyak warga Jerman terkesima menyaksikan sejumlah partisipan pawai supremasi kulit itu mengusung spanduk-spanduk bersimbol Nazi yang telah dilarang di negara mereka sejak akhir Perang Dunia Kedua.
"Kakek saya berjuang menentang Nazi pada perang Dunia Kedua, dan menurut saya, sungguh memalukan Donald Trump tidak menentang Nazi. Setiap warga Amerika pastinya tahu bahwa kami menentang neo-Nazi. Titik,” ujar Jason, soerang anti-Nazi di Berlin.
Para demonstran mengatakan, penting untuk tidak mengabaikan gerakan-herakan rasis dan ekstrem kanan di mana pun di dunia.
"Saya kira tidak ada analisa yang nyata mengenai rasisme, begitu juga dengan strategi dan perspektif mengenai bagaimana mengatasinya. Karena itu, saya kira, siapapun yang mempedulikannya perlu menyuarakannya melalui demonstrasi,” ungkap seorang demonstran, Kofi Shakur.
Jerman adalah negara pertama yang mengutuk pawai ekstrim kanan di Charlottesville. Steffen Seibert adalah juru bicara untuk Kanselir Jerman Angela Merkel:
"Pawai esktrem kanan itu merupakan pemandangan yang memuakkan. Wujud paling buruk rasisme, anti-Yahudi, dan kebencian terlihat di sana.”
PM Inggris Theresa May, Rabu, secara blak-blakan mengecam presiden AS yang sama-sama menyalahkan kelompok-kelompok ekstrim kanan dan para penentang mereka.
"Saya tidak melihat adanya kesamaan antara mereka yang mendukung pandangan fasis dan mereka yang menentangnya. Dan saya kira, penting bagi semua yang memikul posisi penting untuk mengecam pandangan-pandangan ekstrem kanan di mana pun kita mendengarnya,” ujar Theresa May.
Kelompok-kelompok HAM mengutuk apa yang mereka pandang sebagai diskriminasi rasial yang meningkat di AS dan di manapun di dunia.
"Saya bisa katakan ada wacana global yang buruk dalam beberapa tahun terakhir. Wacana buruk ini disebarkan para pemimpin politik di berbagai belahan dunia,” ujar Anastacia Crickley dari Komisi PBB untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial.
Para pakar itu mengatakan, proses pengadilan terhadap kelompok-kelompok bermotif kebencian yang aksinya diwarnai kekerasan diperlukan tapi itu tidak akan memadai. Mereka menyerukan penyelidikan seksama terhadap insiden Charlottesville untuk memastikan apa cara terbaik untuk membalik tren buruk ini. [ab/uh]