Melalui cuitan di Twitter, Presiden AS Donald Trump mengejutkan banyak pihak di Washington. Ia mengubah arah kebijakan AS di Suriah dan mengumumkan mengakhiri perang menumpas ISIS. Sementara sejumlah pejabat AS berusaha segera memberi penjelasan terkait perubahan itu, banyak pertanyaan masih belum terjawab. Simak dalam laporan Koresponden Keamanan Nasional VOA, Jeff Seldin berikut ini.
Sudah menjadi kebiasaan di Gedung Putih bahwa Presiden AS Donald Trump memanfaatkan Twitter untuk mengumumkan sesuatu yang mengejutkan. Dalam cuitannya kali ini, ia mengatakan: “Kita telah mengalahkan ISIS di Suriah, satu-satunya alasan kita berada di sana.” Pernyataannya itu menyiratkan: Trump telah memerintahkan penarikan pasukan AS dari Suriah.
Cuitannya itu memicu sejumlah aktivitas yang tidak biasanya di Washington. Wakil Presiden Milke Pence mengunjungi Pentagon dan bertemu Menteri Pertahanan Jim Mattis, namun menolak menjawab pertanyaan wartawan.
Pentagon akhirnya mengukuhkan pasukan AS di Suriah sedang bersiap-siap untuk pulang.
Keputusan mengejutkan ini mengguncang Kongres, termasuk sejumlah sejawat presiden di Partai Republik, seperti Senator Lindsey Graham. "Hal pertama yang ingin saya lakukan adalah mencari tahu apa yang telah terjadi.”
Begitupun Senator Marco Rubio. "Saya tidak tahu siapa yang menyarankan membuat keputusan ini. Ini kekeliruan besar, dan yang patut disayangkan, saya kira, kita akan menanggung akibat yang tidak diinginkan jika tidak dibatalkan.”
Sejumlah pejabat mengatakan, sekitar 2.000 tentara AS di Suriah sudah dalam perjalanan pulang. Namun sesungguhnya, mereka meninggalkan medan tempur yang rumit. Mereka tidak hanya menghadapi ISIS, tapi juga harus berurusan dengan pasukan Rusia dan pasukan yang setia kepada Iran, yang juga menentang ISIS namun juga mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang mungkin kini memiliki lebih banyak keleluasaan untuk mempersoalkan kepentingan AS.
Andrew Gabel, analis politik dari Foundation for Defense of Democracies., mengatakan, "Jika pasukan AS ditarik, faktor yang selama ini membuat mereka ragu mengambil langkah tertentu berarti tidak ada lagi.”
Pekan lalu, sejumlah pejabat AS sebetulnya memperingatkan bahwa perang menumpas ISIS masih belum tuntas. Sekitar 2.000 anggota kelompok itu masih bertahan dan melakukan perlawanan.
Brett McGurk, utusan khusus ASuntuk koalisi internasional melawan ISIS, mengatakan, “Yang pasti, kita ceroboh bila mengatakan, karena ISIS telah secara fisik dikalahkan, kita bisa pulang sekarang.”
Sejumlah pejabat Gedung Putih mengatakan, menumpas sisa-sisa ISIS kini menjadi tugas pasukan-pasukan yang menjadi mitra-mitra AS seperti Pasukan Demokratis Suriah pimpinan Kurdi (SDF).
Hanya saja yang jadi pertanyaan adalah: apakah mereka akan terus mendapat dukungan pasukan udara AS dan koalisi? Sejumlah sumber VOA mengatakan, SDF kemungkinan mundur dari garis depan karena mengkhawatirkan serangan dari pemerintah Turki, yang selama ini menentang Kurdi.
Namun semua itu tidak mengubah pandangan Trump yang menyatakan bahwa misi AS menumpas ISIS telah tuntas.
"Kita telah mengalahkan mereka dan mengalahkan mereka secara meyakinkan. Kita telah merebut kembali wilayah yang mereka duduki. Ini saatnya pasukan kita pulang.” [ab]