Apakah KTT akan berlangsung atau tidak? Itulah pertanyaan yang diajukan para pengamat Korea Utara mengenai pertemuan yang direncanakan antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan presiden AS Donald Trump.
Para pejabat Gedung Putih, hari Jumat menyampaikan optimistis perundingan masih bisa diadakan setelah tanggapan yang mengejutkan dari Korea Utara.
Presiden AS Donald Trump Jumat pagi, mengubah nadanya kurang dari 24 jam setelah membatalkan pembicaraan dengan Korea Utara.
"Kita sedang berbicara dengan mereka sekarang. Mereka sangat ingin melakukannya. Kita ingin melakukannya. Kita lihat saja apa yang terjadi," ujar Trump.
Trump tiba-tiba membatalkan KTT itu setelah pernyataan dari Korea Utara yang mengancam kemungkinan konfrontasi nuklir. Keputusan itu mengejutkan bahkan bagi para sekutu, presiden Korea Selatan, Moon Jae-In mengatakan ia "bingung."
Baca juga: Korsel Desak Korut Selamatkan KTT Nuklir dengan AS
Meski demikian, tanggapan Korea Utara yang lebih tenang menyatakan masih terbuka peluang untuk melakukan pembicaraan dengan AS. Ini mendorong rasa optimistis Amerika. Trump mengisyaratkan, pernyataan bolak-balik itu bisa menjadi bagian dari strategi.
"Tiap orang bermain. Anda tahu itu," imbuh Trump.
Tapi para analis mengatakan untuk menyelamatkan pembicaraan para diplomat sekarang perlu berperan.
"Menteri Luar Negeri Korea Utara, Menlu AS perlu bertemu, memahami apa yang diinginkan masing-masing pihak. Mereka mungkin perlu melanjutkan pembicaraan pada tingkat itu atau bahkan tingkat yang lebih rendah, kemudian baru kita lihat apa ada kemungkinan mengadakan KTT," kata analis Daryl Kimball.
Pakar pengawasan senjata, James McKeon, mengatakan ucapan dan pernyataan juga perlu diubah. Ia mengatakan, "Pada titik ini kita perlu menekankan diplomasi daripada opsi militer. Meskipun KTT tidak terjadi, itu bukan akhir dari diplomasi. Saya kira pemerintahan Trump tahu itu. Jadi kita perlu menekan ide bahwa kita punya pilihan militer di semenanjung Korea. Kami tidak memilikinya kecuali kita bersedia mengorbankan ratusan ribu atau kemungkinaan jutaan nyawa."
Hanya beberapa hari menjelang KTT 12 Juni yang diusulkan, waktu akan menentukan apakah pertemuan pertama antara Presiden AS dan pemimpin Korea Utara terlaksana. [my/jm]