Presiden AS Donald Trump mengatakan, Kamis (11/10), para penyelidik AS telah berada di Turki untuk menyelidiki apa yang terjadi terhadap jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi, yang terakhir kali terlihat memasuki konsulat Riyadh di Istanbul pekan lalu dan mengaku hidupnya terancam.
“Ia masuk dan tidak keluar,” kata Trump pada acara bincang-bincang berita Fox & Friends.
Para pejabat Turki mengatakan, mereka yakin Khashoggi, pengecam Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman yang beberapa kali menulis artikel di suratkabar The Washington Post, dibunuh di dalam konsulat itu pekan lalu oleh tim yang beranggotakan 15 agen Saudi yang sengaja diterbangkan ke Istanbul, pernyataan yang menurut Arab Saudi tidak berdasar.
Dalam sebuah laporan baru, surat kabar itu mengatakan bahwa informasi intelijen AS menunjukkan, Salman telah memerintahkan dilangsungkannya operasi untuk memancing Khashoggi pulang ke Arab Saudi dari rumahnya di AS, dan kemudian menahan dirinya.
"Kami bersikap sangat keras,” kata Trump. “Kami mengirim penyelidik ke sana dan kami bekerjasama dengan Turki dan Arab Saudi. Kami ingin tahu apa yang terjadi.”
Trump mengatakan, “Sungguh sangat menyedihkan jika Khashoggi dibunuh dan ini akan menjadi preseden buruk. Saya tidak menyukainya.”
Sekelompok senator AS, Rabu (10/10), mendesak Trump untuk meminta pertanggungjawaban Arab Saudi, sekutu lama AS di Timur Tengah, atas nasib Khashoggi. Mereka bahkan menyerukan sanksi terhadap negara kerajaan itu jika terbukti melanggar HAM, sesuai UU Magnitsky tahun 2016.
Berdasarkan UU, Trump memiliki waktu 120 hari untuk melapor ke Senat mengenai keputusannya terkait pemberlakuan sanksi-sanksi. [ab]