Presiden Amerika Donald Trump menyebut Iran sebagai “negara yang mensponsori terorisme di dunia” dan masih terus menentang perjanjian nuklir tahun 2015 ketika Amerika menarik diri dari perjanjian itu awal tahun ini.
Sehari setelah menyampaikan pidato di sidang Majelis Umum PBB dan menyebut Iran sebagai “rejim brutal” dan “diktator yang korup,” Presiden Amerika Donald Trump memimpin rapat Dewan Keamanan PBB tentang non-proliferasi.
Ketika ia membuka rapat itu, Trump tidak memperlunak retorikanya tentang Iran. Trump mengatakan perjanjian nuklir Iran hanya memberi keuntungan pada negara itu saja.
“Rezim Iran mengekspor aksi kekerasan, teror dan gejolak. Rezim itu mendapatkan barang-barang sensitif secara tidak sah untuk mengembangkan program rudal balistik dan proliferasi rudal di seluruh Timur Tengah. Rejim ini sponsor utama teror di dunia, memicu konflik di seluruh kawasan itu dan jauh lebih luas lagi. Rejim dengan rekam jejak seperti ini tidak pernah boleh diijinkan memiliki senjata nuklir,” ujarnya.
Trump berkeras bahwa perjanjian untuk mengakhiri program senjata nuklir Iran adalah “keuntungan tidak terduga bagi para pemimpin Iran” dan meningkatkan anggaran militer hingga hampir 40% untuk “membiayai terorisme, kekacauan dan pembantaian di Suriah dan Yaman.”
Presiden Trump mengatakan pemerintahnya sejak bulan lalu telah mulai “memberlakukan kembali sanksi-sanksi nuklir yang keras, yang lewat perjanjian nuklir Iran sebelumnya telah dicabut” dan lebih banyak sanksi akan diberlakukan pada tanggal 5 November dan seterusnya.
Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pidatonya mengatakan kepada sidang Majelis Umum PBB bahwa tidak ada negara yang bisa diajak ke meja perundingan secara paksa. [em]