Presiden Donald Trump memilih topik Korea Utara, Iran dan Venezuela dalam pidato pertamanya di depan Majelis Umum PBB. Koresponden VOA di Gedung Putih, Peter Heinlein melaporkan, banyak orang berbisik-bisik di aula Majelis ketika presiden memperingatkan Pyongyang bahwa arah yang ditempuhnya sekarang ini dapat mengarah pada kehancuran Korea Utara.
Ketika Trump naik ke podium, semua kursi aula penuh, kecuali satu tempat duduk di deretan depan, yang disediakan untuk duta besar Korea Utara, kosong. Presiden tidak berbasa-basi, secara mengejek menyebut pemimpin Korea Utara "Rocket Man", atau si Tukang Roket.
"Amerika punya kekuatan dan kesabaran yang besar, namun jika dipaksa untuk mempertahankan diri atau sekutunya, kami tidak punya pilihan selain menghancurkan Korea Utara. Tukang Roket itu sedang melakukan misi bunuh diri untuk dirinya sendiri dan untuk rezimnya," tandas Trump.
Kepemimpinan Iran juga mendapat kritik tajam karena, menurut kata-kata Trump, "mendanai kelompok teroris."
"Pemerintah Iran menutupi sebuah kediktatoran yang korup dengan kedok demokrasi palsu. Kepempimpinan Iran telah mengubah sebuah negara yang kaya sejarah dan budaya, menjadi negara nakal yang perekonomiannya terpuruk dan ekspor utamanya adalah kekerasan, pertumpahan darah, dan kekacauan," tambahnya.
Terkait Venezuela, Trump menyalahkan kebijakan Presiden Nicolas Maduro yang membawa bencana, yang membawa sebuah negara yang dulunya bertumbuh subur menuju jurang kehancuran ekonomi.
"Kediktatoran sosialis Nicolas Maduro mengakibatkan penderitaan yang mengerikan bagi rakyat negara itu. Rezim korup itu menghancurkan sebuah negara makmur dengan menerapkan sebuah ideologi buruk yang telah menyebabkan kemiskinan dan kesengsaraan di manapun gagasan itu telah dicoba diterapkan," tukasnya.
Delegasi Venezuela duduk diam selama Trump berpidato, tetapi sesudahnya, menteri luar negeri Venezuela menyampaikan tanggapan keras.
"Ini adalah Presiden yang baru pertama datang dan berbicara tentang perang, tentang menghancurkan negara lain, tentang blokade terhadap negara lain. Dan tentu saja negara yang melanggar hak asasi manusia di seluruh dunia, tampaknya memiliki otoritas moral untuk datang dan berbicara kepada negara-negara lain, seolah-olah mereka adalah pegawainya," sindir Menlu Venezuela Jorge Alberto Arreaza.
Terlepas dari ucapannya yang bernada keras, topik pidato Trump sama dengan yang telah dikatakan pemerintahannya selama berbulan-bulan. Presiden Trump akan berada di New York hari Rabu dan Kamis, mengadakan pertemuan bilateral dengan pemimpin berbagai negara. [ps/ds]