Dalam pernyataan tertulis hari Selasa (5/1), misi yang dikenal sebagai MINUSCA itu tidak merinci tuduhan-tuduhan tersebut, tetapi mengatakan seorang staf Badan Urusan Program Anak-Anak UNICEF telah bertemu dengan empat anak-anak yang diduga telah menjadi korban, semuanya perempuan, dan membantu mereka mendapatkan perawatan medis dan psikologis.
Sebelumnya ada sedikitnya 17 tuduhan penyalahgunaan seksual oleh anggota-anggota misi PBB di Republik Afrika Tengah. Dugaan terjadinya insiden-insiden itu memicu Sekjen PBB Ban Ki-Moon memecat Utusan Khusus PBB Untuk Republik Afrika Tengah Babacar Gaye pada Agustus lalu.
MINUSCA hari Selasa mengatakan kepala misi, Partfait Onanga-Anyanga, telah bertemu dengan personil polisi dan militer PBB di Bangui dan mengingatkan mereka bahwa PBB tidak akan berdiam diri terhadap para pelaku pelanggaran seksual atau kaki tangannya.
"Tidak ada tempat bagi mereka yang mengkhianati kepercayaan orang-orang yang seharusnya kita bantu," ujar Anyanga.
Kepala MINUSCA itu mengatakan pencarian fakta sedang dilakukan dan menyerukan kepada Republik Afrika Tengah untuk melakukan penyelidikan terpisah.
MINUSCA dibentuk pada April 2014 guna mengambilalih tugas-tugas penjaga perdamaian di Republik Afrika Tengah dari misi Uni Afrika sebelumnya.
MINUSCA memiliki lebih dari 10 ribu personil polisi dan militer dari lebih 30 negara berbeda. Negara anggota PBB bertanggungjawab melakukan penuntutan terhadap tentaranya dalam misi itu, sementara PBB terbatas merepatriasi tersangka pelaku. [em/jm]