Terjadi kegemparan diplomatik segera setelah penahanan dua anggota Angkatan Laut Amerika di Okinawa. Seorang perempuan Jepang berusia 20-an mengatakan, ia diperkosa oleh kedua orang itu ketika sedang berjalan kaki untuk pulang pada hari Selasa pagi (16/10).
Dalam pertemuan hari Rabu di Tokyo dengan Menteri Pertahanan Satoshi Morimoto, Gubernur Okinawa, Hirokazu Nakaima, menyebut tuduhan perkosaan itu tindakan yang tidak bisa diampuni.
Nakaima mengatakan ia marah dan bahwa pasukan Amerika perlu menyikapinya dengan tegas bukan hanya berjanji akan memberlakukan disiplin yang lebih ketat. Ia mengeluh, insiden terakhir itu terjadi hanya dua bulan setelah seorang anggota Marinir Amerika di Okinawa ditangkap atas tuduhan melecehkan seorang perempuan.
Pentagon dan Kedutaan Besar Amerika menjanjikan kerja sama penuh dengan pihak berwenang Jepang untuk menyelidiki kasus perkosaan terakhir itu.
Gubernur Okinawa memperkeras kecamannya terhadap kehadiran militer Amerika di kepulauan itu, yang menjadi pangkalan bagi lebih dari separuh dari 47.000 personil militer Amerika.
Awal bulan ini, terkait keberatan-keberatan gubernur dan banyak warga Okinawa, Amerika dan Jepang menyetujui penggunaan yang kontroversial sepuluh pesawat rotor bersayap di pangkalan Marinir di wilayah perkotaan yang padat.
Sebelum meminta maaf secara pribadi kepada Gubernur Okinawa, Duta Besar Amerika untuk Jepang, John Ross, mengatakan kepada wartawan, “ia paham kemarahan yang dirasakan warga.”
“Kami, seperti selalu telah kami lakukan pada masa silam, mengulurkan permintaan maaf untuk mendapat kepercayaan warga Okinawa dan rakyat Jepang secara keseluruhan,” ujarnya.
Kejahatan yang dilakukan personil militer Amerika di Jepang dan Korea Selatan selama bertahun-tahun berdampak besar terhadap hubungan politik dan diplomatik.
Tahun 1995, setelah tiga anggota tentara Amerika di Okinawa ditangkap karena perkosaan dan penculikan gadis berusia 12 tahun, puluhan ribu warga Jepang berdemonstrasi. Insiden itu mendorong Amerika dan Jepang memulai pembicaraan serius mengenai pengurangan kehadiran militer di pulau itu.
Demonstrasi-demonstrasi serupa terjadi di Korea Selatan tahun 2002 setelah kendaraan lapis baja berbobot 57 ton yang sedang dalam latihan melindas dua anak sekolah. Pengadilan militer yang memutuskan kedua tentara Amerika itu tidak bersalah atas pembunuhan tak disengaja itu, memicu kemarahan di kalangan warga Korea Selatan.
Amerika punya lebih dari 29.000 personil militer di Korea Selatan.
Dalam pertemuan hari Rabu di Tokyo dengan Menteri Pertahanan Satoshi Morimoto, Gubernur Okinawa, Hirokazu Nakaima, menyebut tuduhan perkosaan itu tindakan yang tidak bisa diampuni.
Nakaima mengatakan ia marah dan bahwa pasukan Amerika perlu menyikapinya dengan tegas bukan hanya berjanji akan memberlakukan disiplin yang lebih ketat. Ia mengeluh, insiden terakhir itu terjadi hanya dua bulan setelah seorang anggota Marinir Amerika di Okinawa ditangkap atas tuduhan melecehkan seorang perempuan.
Pentagon dan Kedutaan Besar Amerika menjanjikan kerja sama penuh dengan pihak berwenang Jepang untuk menyelidiki kasus perkosaan terakhir itu.
Gubernur Okinawa memperkeras kecamannya terhadap kehadiran militer Amerika di kepulauan itu, yang menjadi pangkalan bagi lebih dari separuh dari 47.000 personil militer Amerika.
Awal bulan ini, terkait keberatan-keberatan gubernur dan banyak warga Okinawa, Amerika dan Jepang menyetujui penggunaan yang kontroversial sepuluh pesawat rotor bersayap di pangkalan Marinir di wilayah perkotaan yang padat.
Sebelum meminta maaf secara pribadi kepada Gubernur Okinawa, Duta Besar Amerika untuk Jepang, John Ross, mengatakan kepada wartawan, “ia paham kemarahan yang dirasakan warga.”
“Kami, seperti selalu telah kami lakukan pada masa silam, mengulurkan permintaan maaf untuk mendapat kepercayaan warga Okinawa dan rakyat Jepang secara keseluruhan,” ujarnya.
Kejahatan yang dilakukan personil militer Amerika di Jepang dan Korea Selatan selama bertahun-tahun berdampak besar terhadap hubungan politik dan diplomatik.
Tahun 1995, setelah tiga anggota tentara Amerika di Okinawa ditangkap karena perkosaan dan penculikan gadis berusia 12 tahun, puluhan ribu warga Jepang berdemonstrasi. Insiden itu mendorong Amerika dan Jepang memulai pembicaraan serius mengenai pengurangan kehadiran militer di pulau itu.
Demonstrasi-demonstrasi serupa terjadi di Korea Selatan tahun 2002 setelah kendaraan lapis baja berbobot 57 ton yang sedang dalam latihan melindas dua anak sekolah. Pengadilan militer yang memutuskan kedua tentara Amerika itu tidak bersalah atas pembunuhan tak disengaja itu, memicu kemarahan di kalangan warga Korea Selatan.
Amerika punya lebih dari 29.000 personil militer di Korea Selatan.