Perdana Menteri Tunisia Habib Essid mengatakan negaranya mulai membangun tembok pasir di sepanjang perbatasan Tunisia dengan negara tetangganya Libya, dan juga parit, untuk menghentikan teroris menyusup ke wilayah Tunisia. Pemerintah Tunisia telah mengambil langkah-langkah pencegahan dalam usaha menghindari terulangnya serangan teror yang mengakibatkan 38 turis tewas pada tanggal 26 Juni.
Teroris yang dilatih di Libya dan menembak mati 38 turis di pantai bulan lalu telah memaksa pemerintah Tunisia untuk mengambil tindakan untuk mencegah serangan lebih lanjut, dan meyakinkan wisatawan yang ketakutan bahwa Tunisia aman.
Berbicara hari Rabu (8/7) dalam siaran televisi pemerintah, Essid mengatakan Angkatan Darat Tunisia akan membangun tembok sepanjang160 kilometer di sepanjang perbatasan negara itu dengan Libya, dengan parit di sebelahnya.
Essid mengatakan bahwa dinding dari pasir akan dibuat dan akan selesai pada akhir tahun ini. Dia mengatakan kamera-kamera keamanan dan pos-pos pengawasan akan dipasang pada jarak-jarak tertentu.
Essid menambahkan bahwa keputusan baru-baru ini untuk memberlakukan keadaan darurat didorong oleh kekhawatiran bahwa komplotan dari luar bertindak untuk melakukan tindakan terorisme dan pembunuhan massal lebih lanjut, untuk menimbulkan ketidakstabilan dan menjatuhkan semangat negara itu.
Penembak Tunisia Seifeddine Rezgui menurut laporan berlatih bersama militan Islam di Libya sebelum melakukan serangan berdarah tanggal 26 Juni di Hotel Imperial Marhabadi kota wisata Sousse.
Para pejabat Tunisia mengatakan merosotnya pariwisata akibat serangan itu akan merugikan negara hampir 500 juta dolar, pada tahun ini saja. Mesir sedang menghadapi masalah yang sama setelah terjadi sejumlah serangan dahsyat di negara itu.
Khattar Abou Diab dari Universitas Paris mengatakankepada VOA, bahwa menurutnya pembangunan tembok itu akan cukup untuk menyelesaikan masalah keamanan Tunisia, dan bahwa langkah itu juga bisa menimbulkan akibat yang merugikan.
Dia mengatakan dengan adanya tempat perlindungan terorisme di berbagai tempat, banyak orang berpendapat mereka bisa menjaga keamanan mereka dengan membangun rintangan, seperti yang dilakukan Israel di wilayah-wilayah Palestina atau yang dilakukan Eropa di wilayah Laut Tengah. Tetapi, dia menegaskan bahwa tindakan pencegahan semacam itu akan sulit dilaksanakan, karena panjangnya perbatasan dan garis pantai bersama.
Abou Diab juga menekankan bahwa Tunisia dan Libya melakukan banyak perdagangan pasar gelap di sepanjang perbatasan dan bahwa membangun tembok akan mempunyai pengaruh merugikan bagi perekonomian kedua negara.