Amerika Serikat sebelumnya meminta Turki untuk menghentikan serangannya terhadap para pejuang Kurdi itu dan memfokuskan usahanya dalam memerangi ISIS, namun seorang juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, gencatan senjata tidak mungkin diberlakukan. "Pasukan Kurdi akan tetap menjadi target kami kecuali mereka mundur dari bagian timur Efrata,” katanya.
Sementara Turki membantah telah melangsungkan gencatan senjata dengan Kurdi, Rabu (31/8) menandai hari ketiga tidak adanya laporan mengenai bentrokan antara kedua pihak. Situasi itu menyiratkan bahwa kedua sekutu AS itu telah menyetujui seruan Washington untuk berdamai, setidaknya untuk saat ini.
Turki melancarkan serangan pekan lalu yang menarget militan ISIS dan para pejuang Kurdi yang didukung Amerika Serikat yang menurut pemerintah Turki memiliki hubungan dengan kelompok pemberontak Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Turki.
Bentrokan antara pasukan Turki dan pasukan Kurdi telah memperumit situasi di Suriah di mana pemerintah negara itu telah menerima dukungan dari Iran, Rusia dan kelompok militan Hezbollah yang berbasis di Lebanon, sementara AS dan negara-negara Barat lainnya mendukung para pejuang pemberontak.
"Sebelum kelompok-kelompok teroris dan ancaman terhadap perbatasan dan warga kami berhasil diberantas, operasi ini akan berlanjut,” kata Perdana Menteri Turki Binali Yildrim kepada wartawan. [ab/lt]