Anggota NATO, Turki, pada Selasa (28/6), mencabut vetonya terhadap permohonan Finlandia dan Swedia untuk bergabung dalam aliansi Barat tersebut setelah ketiga negara sepakat untuk saling melindungi keamanan masing-masing.
Kesepakatan itu mengakhiri drama berminggu-minggu yang menguji kesatuan aliansi itu dalam menghadapi invasi Rusia ke Ukraina.
Kesepakatan tercapai setelah pelaksanaan perundingan selama empat jam yang digelar sebelum KTT NATO dimulai di Madrid, sehingga menghindari kemacetan dalam pertemuan ke-30 antar para pemimpin negara anggota aliansi tersebut.
KTT tersebut digelar dengan tujuan untuk memperlihatkan kekompakan dalam menghadapi Rusia. Rusia kini menganggap NATO sebagai ancaman langsung ketimbang musuh biasa.
Kesepakatan tersebut berarti Helsinki dan Stockholm dapat melanjutkan proses pencalonan mereka untuk bergabung ke dalam NATO. Hal tersebut menandakan perubahan terbesar dalam situasi keamanan Eropa dalam beberapa puluh tahun terakhir di mana kedua negara Nordik tersebut, yang telah lama memilih sikap netral, kini berusaha memperoleh perlindungan dari NATO.
“Para menteri luar negeri kami menandatangani memorandum trilateral yang memberi konfirmasi bahwa Turki akan mendukung undangan untuk Finlandia dan Swedia menjadi anggota NATO,” kata Presiden Finlandia Sauli Niinisto dalam pernyataan.
“Langkah konkrit bagi masuknya kami ke dalam NATO akan disetujui oleh sekutu NATO dalam dua hari berikut, tetapi keputusan itu kini sudah jelas,” kata Niinisto.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dan pihak kepresidenan Turki memberi konfirmasi terhadap memorandum itu dalam pernyataan terpisah, setelah melangsungkan pembicaraan dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson, dan Niinisto.
Merespons kesepakatan tersebut, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengirim cuitan, “Berita fantastis pada saat kita mulai KTT NATO. Keanggotaan Swedia dan Finlandia akan membuat persekutuan kita yang brilian ini menjadi lebih kuat dan lebih aman.” [jm/ka]
Forum