Turki hari Kamis (4/1) menolak vonis sebuah pengadilan di Amerika terhadap seorang bankir Turki, yang terkait dengan rencana bernilai semiliar dolar untuk menghindari sanksi-sanksi Amerika terhadap Iran.
Pengadilan di Kota New York menyatakan Mehmet Hakan Atilla bersalah atas empat tuduhan konspirasi, termasuk persekongkolan untuk menipu Amerika Serikat, ditambah satu tuduhan penipuan bank. Warga negara Turki berusia 47 tahun itu dibebaskan dari tuduhan pencucian uang.
Kementerian Luar Negeri Turki, Kamis (4/1) menyatakan putusan itu tidak adil dan disayangkan, dan juga merupakan campur tangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di dalam urusan internal Turki.
Deputi Perdana Menteri Bekir Bozdag menyatakan di Twitter bahwa putusan juri tidak memiliki nilai hukum di Turki.
Kasus ini telah membuat hubungan Turki dan Amerika Serikat tegang.
Atilla, deputi manajer umum di Halkbank yang dikelola pemerintah Turki. Para jaksa Amerika mendakwa ia membantu memfasilitasi sebuah transaksi di mana Iran menjual minyak dan gas untuk emas, serta memindahkan sebagian transaksi melalui bank-bank Amerika tanpa sepengetahuan mereka.
Atilla terdengar dalam rekaman percakapan telepon mengatur perjanjian palsu mengenai bahan makanan dan pertanian dengan Iran untuk menyamarkan transaksi yang sebenarnya adalah penjualan minyak. Para pengacara Atilla mengatakan kliennya hanyalah “pion yang sial” dalam transaksi-transaksi tersebut, dan malah menyalahkan bos Atilla, Reza Zarrab.
Zarrab, seorang pedagang Iran keturunan Turki yang telah mengaku mengatur transaksi itu, mengatakan kepada pengadilan bahwa ia membayar sekitar 50 juta dolar uang suap pada tahun 2012 kepada menteri keuangan Turki agar transaksi itu dapat berlangsung. Zarrab bersaksi bahwa ia meyakini Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengetahui rencana tersebut.
Erdogan menyatakan kasus ini merupakan konspirasi Amerika untuk memeras Turki, mitra strategis Amerika dalam urusan Timur Tengah.
Hubungan Iran dan Amerika Serikat dingin sejak krisis sandera Iran dari tahun 1979 hingga 1981, di mana 52 warga Amerika disandera aktivis mahasiswa di Irak selama 444 hari sebelum akhirnya dibebaskan melalui perundingan. Amerika Serikat kini melarang sebagian besar transaksi finansial dengan Iran, salah satu negara penghasil utama minyak. [uh]