Turki, Selasa (22/9), menuduh Uni Eropa mendukung agresor di Libya setelah blok 27 negara itu menjatuhkan sanksi terhadap tiga perusahaan transportasi karena dianggap melanggar embargo senjata terhadap Libya.
Satu dari tiga perusahaan itu adalah perusahaan pelayaran Turki yang mengoperasikan sebuah kapal yang menjadi pusat pertikaian antara Turki dan Perancis di Laut Tengah.
Kementerian Luar Negeri Turki mengeluarkan pernyataan yang menyebut keputusan Uni Eropa itu tidak berharga. Melalui pernyataan itu, Turki bersikeras mengatakan, kapal tersebut mengangkut bantuan bagi pemerintah yang diakui PBB di Tripoli.
Negara itu menuduh Uni Eropa tidak memedulikan negara-negara dan perusahaan-perusahaan yang mengirim senjata ke Tentara Nasional Libya, saingan pemerintah dukungan PBB. Tentara Nasional Libya dipimpin Jenderal Khalifa Hifter dan menguasai wilayah timur Libya.
“Dengan sikap begini, Uni Eropa memberlakukan standar ganda. Bukannya mendukung pihak yang mendapat legitimasi internasional, tapi malah memberi imbalan pada agresor,” kata Kementerian Luar Negeri Turki.
Pernyataan itu juga menyebutkan, patut disayangkan bahwa keputusan Uni Eropa itu dikeluarkan sementara usaha untuk meredakan ketegangan antara Turki dan Yunani terkait hak eksplorasi energi di wilayah timur Laut Tengah sedang berlangsung.
Dalam pembicaraan di Brussels, Senin (21/9), para menteri luar negeri Uni Eropa sepakat untuk memberlakukan sanksi terhadap Perusahaan Pelayaran Avrasya yang berkantor pusat di Turki. Uni Eropa menyatakan, kapal kargo milik Avrasya yang diberi nama Cirkin mengangkut perlengkapan militer ke Libya pada bulan Mei dan Juni lalu.
Pada 10 Juni, sebuah kapal fregat Perancis berusaha memeriksa Cirkin untuk memastikan kebenaran apakah kapal itu menyelundupkan senjata setelah mendapat informasi intelijen dari NATO. Namun, kapal- kapal Turki yang mengawal Cirkin menghalangi usaha itu sehingga kapal Perancis itu terpaksa mundur. [ab/uh]