Malcolm Turnbull dilantik hari Selasa (15/9) sebagai perdana menteri Australia yang baru, pemimpin keempat negara itu hanya dalam waktu lebih dari dua tahun.
Turnbull muncul sebagai pemimpin Partai Liberal menyusul pemungutan suara kejutan Senin malam yang menggulingkan Perdana Menteri Tony Abbott.
Mantan bankir, pengacara dan jurnalis berusia 60 tahun itu mengatakan kepada para wartawan bahwa ia "penuh optimisme" saat ia menuju upacara pelantikan.
"Ini perubahan peristiwa yang tidak saya duga. Tapi ini adalah sebuah kehormatan dan saya siap menerimanya," ujar Turnbull.
Turnbull telah bersumpah untuk memimpin pemerintahan yang tidak terlalu terbagi dibandingkan Abbott yang konservatif, yang hari Selasa menjanjikan transisi kepemimpinan yang semulus mungkin.
"Tidak akan ada penghancuran, rongrongan dan kecaman. Saya tidak pernah membocorkan atau menggunakan latar belakang untuk melawan orang lain dan saya tidak akan memulainya sekarang," ujar Abbott.
Pemimpin yang terguling itu juga mengecam "kepanikan yang dipicu jajak pendapat" yang menurutnya menyebabkan "pergantian perdana menteri yang cepat" dan "demam kultur media" yang ia klaim "menghargai kecurangan."
Abbott, yang dipilih September 2013, menghadapi penurunan popularitas pada beberapa bulan terakhir, sebagian berkat serangkaian kebocoran internal, pengurangan anggaran yang tidak populer, dan ketidakmampuan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Ada beberapa isu kunci yang membedakan Turnbull dari pendahulunya, terutama karena ia mendukung pernikahan sesama jenis dan kebijakan-kebijakan anti-polusi yang lebih ketat. Perbedaan-perbedaan itu diharapkan akan disorot minggu ini ketika Turnbull mengumumkan kabinet barunya.
Perombakan ini diharapkan dapat meningkatkan peluang Partai Liberal, yang menghadapi tantangan besar dari oposisi Partai Buruh dalam pemilihan umum yang dijadwalkan tahun depan. Turnbull sejauh ini menghapus diadakannya pemilu awal.