Australia telah menawarkan untuk menampung 12.000 pengungsi dari konflik di Suriah dan Irak.
Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan mereka yang berasal dari "minoritas yang teraniaya," termasuk warga Kristen, Yazidi dan Muslim, akan diberikan prioritas. Pesawat-pesawat perang Australia juga telah diberi wewenang untuk menghantam target-target kelompok Negara Islam (ISIS) di Suriah.
Abbott mengatakan para pengungsi akan diizinkan masuk Australia untuk menghindari apa yang ia sebut konflik berdarah-darah. Program pemukiman itu akan menambah jumlah yang ditampung Australia setiap tahun yaitu hampir 14.000 pengungsi.
Abbott menyebutnya "respon dermawan" atas situasi darurat kemanusiaan.
"Fokus kami untuk 12.000 tempat pemukiman permanen yang baru ini adalah mereka yang paling memerlukan perlindungan permanen; perempuan, anak-anak dan keluarga dari minoritas yang teraniaya yang telah mencari perlindungan di Yordania, Lebanon dan Turki. Saya ingin menekankan, perempuan, anak-anak dan keluarga, mereka yang paling rentan," ujarnya.
Komitmen itu telah disambut secara luas oleh partai-partai oposisi, meskipun Australian Greens mendesak pemerintah untuk mengizinkan lebih banyak lagi pengungsi Suriah masuk ke negara mereka.
Pemerintah di Canberra juga menyumbang sekitar US$28 juta kepada badan pengungsi PBB untuk membantu mendanai kamp-kamp darurat dan layanan penting lainnya.
Pemerintah Abbott akan memperpanjang serangan udara Australia dari Irak ke Suriah, meski para pengkritik bersikeras langkah itu akan memperburuk krisis migran dan "memicu ekstremisme."
Ada juga kekhawatiran-kekhawatiran mengenai legalitas serangan udara atas Suriah, mengingat pemerintah Presiden Bashar al-Assad tidak meminta intervensi militer Australia, tidak seperti otoritas Irak.
Canberra bersikeras misi pemboman yang menarget ISIS ada di koridor hukum karena wilayah yang dikuasai para militan Sunni itu tidak berhukum dan memiliki pemerintahan.
Para menteri bersikeras bahwa aksi militer di Irak dan Suriah itu penting untuk keamanan nasional Australia. Diperkirakan lebih dari 100 warga Australia telah bergabung dengan kelompok-kelompok militan di Timur Tengah.