Tautan-tautan Akses

20th Century Fox Kembali ke Burma Setelah 50 Tahun


Aktor Leonardo Dicaprio dalam Titanic, film pertama 20th Century Fox yang diputar di Burma setelah studio itu hengkang pada 1962. (Foto: Dok)
Aktor Leonardo Dicaprio dalam Titanic, film pertama 20th Century Fox yang diputar di Burma setelah studio itu hengkang pada 1962. (Foto: Dok)

20th Century Fox mengumumkan film resmi pertama yang dirilis di Burma sejak studio film itu menarik diri dari negara itu pada 1960-an.

Pengalaman menonton film merupakan hal paling baru dalam daftar panjang yang berubah di Yangon.

Studio film Amerika Serikat 20th Century Fox telah memberikan kuasa pemutaran pertama salah satu filmnya, "Titanic 3D", kepada Mingalar, perusahaan pemutaran film swasta terbesar Burma yang menguasai dan mengatur 80 persen pasar dalam negeri. Perusahaan itu memiliki delapan gedung bioskop.

Fox menarik diri dari Burma setelah terjadi kudeta pada 1962, namun salinan film-film Hollywood sering diselundupkan ke negara itu dari Thailand, dan diputar di gedung-gedung bioskop, termasuk gedung bioskop milik Mingalar.

Wakil direktur senior bidang internasional di 20th Century Fox, Sunder Kimatrai, mengatakan studio film itu berharap akan mengubah kebiasaan tersebut.

“Kami memiliki kepentingan dalam melindungi properti intelektual kami. Bagaimanapun ini merupakan aset kami yang paling berharga. Seperti yang kami lakukan di tempat-tempat lain, kami melakukan apa saja untuk melindungi hak properti kami. Pemutaran film yang tidak mendapat ijin di Internet atau gedung-gedung bioskop merupakan masalah yang kami hadapi di seluruh dunia, tidak terkecuali di Myanmar,” ujarnya Kimatrai.

Fox baru-baru ini telah memasuki sejumlah pasar negara-negara Vietnam, Kamboja dan Papua New Guinea. Kimatrai mengatakan pengenduran sanksi-sanksi terhadap Burma membuka kesempatan untuk memanfaatkan perubahan di negara itu.

Karcis film akan dijual seharga $3,5 atau 3000 kyat, enam kali harga karcis biasa, tetapi kata Kimatrai ia yakin penonton bersedia membayar untuk film bermutu tinggi.
Perusahaan Mingalar baru-baru ini membeli peralatan proyeksi film digital baru seharga $300.000, yang menurut Kimatrai akan mempermudah pengawasan materi yang dilindungi hak cipta.

Memperbarui peralatan proyeksi film di gedung-gedung bioskop Burma bisa berdampak pada industri film.

William Bowling dari Jaringan Komisi Film Asia mengatakan, Burma pernah memiliki industri film yang kuat di wilayah itu, tetapi kru-kru film-film lokal telah ketinggalan jaman.
XS
SM
MD
LG